Liya memeluk kakaknya erat sambil mengeluarkan suara tangisan sederhana kuat . Batriesya tersenyum nipis kemudian membalas pelukkan adiknya .
" Riesya , aku rindu kau . Syukurlah kau dah bangun " ujarnya berselang dengan tangisan .
" Aku pun rindu kau juga "
Arash , Alisya dan Haikal hanya menatap sayu melihat kedua kembar itu berpelukkan .
Alisya menundukkan kepalanya , tidak sanggup melihat adegan berpelukkan itu . Alisya yang terkenal dengan sikap hati batunya kini rapuh setelah melihat apa yang dilihatnya sekarang .
" Aku tunggu kau datang , tapi kau tak datang pun . Mana kau pergi Liya ? "
" Berulang kali aku tanya mama dengan papa mana kau tapi diorang tak jawab pun . Kenapa kau tak datang melawat aku ? " Liya menghembuskan nafasnya pelan .
" Riesya maaf sebab baru datang sekarang . Aku minta maaf sebab tak ada dekat sisi kau waktu kau sedar . Aku ada sebab kenapa aku tak jenguk kau selalu " terang Liya . Dia berharap agar kakaknya faham akan perasaannya .
" Sebab mama dengan papa ? " Teka Batriesya . Liya mengangguk perlahan .
" Diorang mesti larang kau jenguk aku dekat hospitalkan ? " Lagi sekali Liya mengangguk .
" Kalini mesti diorang tak akan halang lagi sebab Umi dengan Abi dah nasihat mama dengan papa " .
" Kau dah janji dengan aku nak keluar jalan - jalan bila aku dah sedar . Tunaikanlah janji kau " Sambung Batriesya .
" Tapi mama dengan papa benarkan ke ? " Batriesya mengeluh . Jujur dia sudah lama tidak bermain dan bergurau senda bersama adiknya . Semuanya disebabkan jadualnya yang padat dan ibu bapa mereka asyik pisahkan mereka berdua .
Puan Lin dan Tuan Norman masuk kedalam wad Batriesya dengan wajah kosong . " Kami berdua benarkan tetapi jika ada perkara buruk yang berlaku terhadap Batriesya .. Liya akan kami hantar ke pusat tahfiz "
" Ya allah , Norman . Tergamak kamu seksa anak kamu begitu " Abi yang baru masuk menggelengkan kepala melihat perangai adiknya .
" Kau tak payah nak nasihat aku bagai . Anak aku , aku akan didik dengan cara aku sendiri " .
" Tu bukan mendidik tapi menyeksa anak kau " tuan Norman berdecit kecil .
" Sudahlah pergi keluar sana . Tadi mahu keluar sangat " Batriesya tersenyum puas kemudian menarik tangan adiknya untuk keluar bersama .
•——————•°•✿•°•——————•
Seisi taman dipenuhi dengan tawa dua orang gadis bernama Liyana Batriesya dan Liyana Daliesya . " Riesya mana aci ! Aku sampai sini dulu ! " Liya mencebik tidak puas hati . Batriesya hanya tertawa terbahak - bahak melihat wajah adiknya yang masam .
" Aduh ! Hodohlah muka kau kalau buat macam tu " tawa Batriesya masih lagi tersisa .
" Kau lupa ya yang muka kita ni serupa . Kalau kau buat muka macam aku pun hodoh juga " Liya tidak mahu kalah dengan kakaknya .
" Ha yelah kalini kau menang " Liya tertawa kecil kemudian memeluk leher Batriesya .
" Dah lamakan tak main macam ni ? " Liya mengangguk kepalanya setuju .
" Sedar tak sedar hari berbaki lagi 5 hari " ujar Batriesya perlahan .
" Ada seorang yang berbaik hati untuk mendermakan jantungnya dekat aku ! . Lepasni aku dah sembuh dan kita berdua boleh hidup macam dulu " kaki Batriesya dihayunkan menandakan dia sedang teruja .
Bagi Liya , keterujaan Batriesya adalah kesedihan baginya . Mungkin hari itu adalah hari terakhirnya dimuka bumi ini .
" Wahh mesti kau tak sabarkan nak sihat semula ? " Batriesya mengangguk .
" Mestilah ! "
" Um kau rindu abang tak ? " Soal Liya . Dia sengaja ingin mengalihkan topik percakapan mereka berdua .
" Rindu sangat . Kalau ada abang mesti bestkan ? "
" Semua salah aku , kalaulah aku tak pengsan haritu mesti kami tak kemalangan "
" No ! Ini bukan salah kau Liya , ni takdir . Nyawa abang hanya sampai situ sahaja . Kemalangan tu bukan salah siapa - siapa . Janganlah salahkan diri kau " Liya tersenyum nipis .
" Tapi kalau bukan sebab tu , aku mesti tak kena pukul tak kena banding macam sekarang "
" Aku minta maaf .. lepasni aku akan berusaha untuk buat yang tak terbaik untuk kau "
" Tak perlu minta maaf . Kau tak buat kesalahan pun " .
----------♡----------