24 ~ She, Arise

19 4 1
                                    

Senyum Yuu mengembang. "Lihatlah! Siapa yang datang! Ouma Shu! Hahaha! Kau memang seorang pahlawan! Pahlawan selalu datang di akhir cerita, ya? Ayo, Ouma Shu! Mari kita lanjutkan pertarungan, siapa yang paling hebat kali ini!"

Ouma Shu berdiri, tidak gentar, meski hanya menggenggam pistol sederhana.

Yuu menilik bingung. "Senjata apa itu? Eh? Jangan bilang kau sudah kehilangan Kekuatan Raja? Eh? Tangan kananmu kenapa?" Lagi-lagi Yuu tertawa terbahak-bahak. "Sia-sia aku bersemangat! Sudah tidak ada lagi yang bisa menghalangi kehendak Da'ath! Di Bumi ini sudah tidak ada Adam? Mengecewakan! Mengecewakan! Arrgh!!!"

*

*

*

Adam dan Eve yang orang itu maksud bukanlah mengungkit sejarah manusia pertama, tapi bagi mereka ialah dua orang yang saling terikat karena virus apocalypse. Aku berdiri di belakang Ouma-san, menyembunyikan diri, berharap ia tidak mengenaliku.

"Dia siapa?" tanyaku berbisik-bisik.

"Dia Yuu, orang dari Da'ath, organisasi yang tak diketahui."

Ouma-san sama sekali tidak terlihat takut. Ia terus mengacungkan pistol pada senjata yang tidak sepadang dengan pedang yang panjangnya menyentuh lantai dan terlihat sangat berat. Tidak salah lagi, itu pasti senjata yang terbuat dari void!

"Kita tidak akan menang melawannya, bagaimanapun kita harus mundur."

"Bagaimana dengan Kayo?" Aku sadar bahwa Kayo kini tengah berdiri tidak berdaya tak jauh dari orang misterius itu. Terikat dengan mesin yang tampak tercipta demi menjaganya dari orang-orang yang ingin membawanya pergi.

"Keselamatanmu nomor satu."

"Pasti ada cara lain---" Aku hampir terkesiap saat sebuah tangan menggenggam kakiku. Kami memang tidak sengaja berdiri seakan tengah melindungi anak ini. Dia yang telah membawa Kayo---kini terkulai lemas di lantai. Ia terluka, mengeluarkan darah. Harusnya aku iba, tapi karena ia telah membawa sahabatku, tak ada lagi perasaan tersebut. Meski begitu....

Aku menunduk, menggoyang-goyangkan badannya. "Hei, kau, bangun! Kau punya kekuatan, bukan?" Aku menaikkan tangan kanannya hingga di depan dadaku. "Ambil void-ku!"

"Minori!" Ouma-san terkejut dengan tindakanku.

Aku berharap anak ini mengambil void-ku, lalu apapun menjadi senjata yang tidak jauh kalah hebatnya dengan orang itu. Tentu saja yang akan menggunakannya ialah Ouma-san, karena anak ini sudah tidak ada tenaga untuk bergerak.

Anak laki-laki itu membuka mata. Ia menyunggingkan senyum. "Heh, tampaknya kau sepemikiran denganku," ujarnya lirih. Mata kami beradu, dan saat itu aku dapat merasakan sesuatu ditarik keluar dari tubuhku. Perasaan itu sekali lagi terjadi dan aku tidak pernah melupakan rasa sakit saat void-ku dicabut.

Dengan mata terbelalak aku bisa melihat void begitu besar keluar dari tubuhku, dengan cepat membentuk sesuatu yang tidak bisa kubayangkan. Begitu kurasa semua void tercabut, aku terduduk lemah.

"Minori!"

Aku mendongakkan pandangan. Ouma-san memapah void yang hampir saja menimpaku--karena anak laki-laki itu tidak mampu menahan beratnya senjata itu.

Aku dapat mendengar orang misterius itu---Yuu, tertawa terbahak-bahak. "Jadi benar, rumor tentang Eve baru terlahir? Yang benar saja! Void itu---waaah!! Bisa dibilang sebanding dengan miliknya Eve terdahulu. Keren! Ayolah, Ouma Shu! Kau sudah punya senjata. Ayo, bertarunglah denganku!"

"Harusnya ... pertempuran ini... milikku... tapi...." Anak laki-laki itu terbatuk-batuk, mengeluarkan darah, bersikeras berbicara. "Kalahkan dia... dan selamatkan... Kayo...." Anak itu pun kembali menutup mata.

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Where stories live. Discover now