10 ~ Who really am I?

85 15 1
                                    

Oktober 2044.
Roppongi, Minato-ku.
Gedung Utama SHIP Foundation.

Perlahan mataku terbuka, langit-langit yang kulihat tidaklah tampak seperti kamarku. Kudapati diri masih mengenakan seragam sekolah.

Sejenak aku termenung untuk mengumpulkan memori apa yang telah terjadi padaku hingga bisa berada di sini.

Kemudian bayangan Kayo dengan tubuh diselimuti kanker kristal ungu menyadarkanku dari keheningan.

Kayo dibawa oleh laki-laki bernama Dai, anak jakung itu pergi dengan lubang hitam bagai sihir. Masih tidak bisa kupercaya.

Aku bangkit dengan keringat dingin menjalar di seluruh permukaan kulit.  Pandanganku mengedar pada kamar yang kutempati saat ini.

Aku ada di mana? Ini jua bukan rumah sakit jika seharusnya benar kutebak aku jatuh pingsan setelah sosok Kayo menghilang dari hadapanku.

Aku turun dari kasur, menghampiri jendela yang ada di sisi kiri. Tampak seantero kota dalam pekatnya malam. Dari gedung-gedung yang diterangi cahaya lampu, dapat kupastikan bukanlah pemandangan di mana aku tinggal. Aku juga baru sadar kini tengah berada di sebuah gedung dan ada di lantai kesekian yang tidak bisa kutebak keberapa.

Pantulan diri di kaca menampakkan raut ketidakberdayaan. Kayo sudah menolongku tapi apa yang bisa kulakukan untuknya? Tidak ada. Malah ia yang dibawa oleh laki-laki asing dan kini entah di mana.

Tidak ada waktu untuk berdiam diri meratapi yang telah terjadi. Aku harus, segera, mencari Kayo! Ia kini pasti berusaha melawan virus yang telah menjangkitnya! Ia harus dibawa ke rumah sakit. Ia harus bertemu Dokter Ouma! Aku juga akan melapor pada polisi akan penculikan---meski mereka tidak akan percaya dengan penjelasanku nantinya.

Aku beranjak menjauhi jendela, seketika melangkah hampir sampai ke pintu aku baru sadar ada Anko yang tertidur di sofa tidak jauh dari sana.

"Anko...."

Ia tidur sambil memeluk tas Kayo. Ia pun terjaga seakan tahu eksistensiku di hadapannya.

"Minori-chan!" Ia langsung menghambur diri memelukku. "Syukurlah kamu tidak apa-apa," ia terisak sejadi-jadinya.

"Ini di mana?" tanyaku.

"Kita di Roppongi, di gedung SHIP Foundation. Kusama-sensei dan temannya yang mengantar kita ke sini. Katanya di sini aman," jawabnya melepas pelukan.

"Kayo?"

Anko terkejut mendengar pertanyaanku. Ia menundukkan pandangan dan menggeleng dengan berat.

Bulir air mata pun menetes. "Kenapa?"

"Gomen ne Minori-chan...." Ia kembali terisak.

"Kenapa harus Kayo?" Aku masih belum bisa menerima kepergian teman terbaikku. "Anko ... saat itu kamu di mana? Kenapa kamu tidak datang lebih cepat! Andai kamu ada Kayo ... Kayo tidak akan dibawa! Kita bisa menolongnya!! Kenapa ... kenapa saat itu ... kamu ... kamu....."

"Minori-chan, hontou ni honto ni gomen...."

Aku menggeleng saat ia ingin memelukku lagi. "Dengan maaf, Kayo tidak akan kembali!"

Kedua mata Anko terbelalak karena ucapanku. Aku sendiri tidak sadar telah berucap demikian.

Aku melangkah ke pintu.

"Minori-chan, mau ke mana?"

"Biarkan aku sendiri...."

Pintu pun kututup agak kasar.

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Where stories live. Discover now