17 ~ A plan to protect her

24 5 1
                                    

Kilas balik mengenai rapat tadi siang di gedung SHIP Foundation....

Toyone Mamoru tidak bisa berdiam diri selagi adiknya di tangan orang lain. Meski pun itu demi keselamatan Minori, orang-orang SHIP Foundation sudah berpengalaman menangani masalah tersebut, tetap saja khawatir dan sifat posesif dari ibu mengalir di darahnya, apalagi itu masalah keluarga, adiknya sendiri.

Karena itu sejak kemarin ia sudah menghubungi Ouma Shu untuk diizinkan berpartisipasi. Ditambah dukungan Daryl, rekan kerjanya, yang pada akhirnya membeberkan identitas masa lalunya sebagai awak Endlaves, barisan depan GHQ, tentu ia terlibat dalam kasus virus apocalypse dan menjadi saksi Kekuatan Raja. Ia akan menemani Mamoru menemui Ouma Shu untuk berdiskusi jika itu yang keinginan Mamoru sendiri. Yah, walau pada awalnya Daryl sendiri ogah masuk ke gedung SHIP Foundation.

Setelah makan siang, Mamoru terpaksa memunggungi Minori yang memasang raut heran dan tersirat rasa sepi. Sebagai kakak, ia ingin menghalau semua kesedihan yang menjerat gadis itu. Ia pun menaiki lift bersama Daryl menuju ruang pribadi Ouma Shu. Di sana, Shu dan teman-temannya sudah menunggu mereka.

"Toyone-san, silakan masuk," ujar Shu begitu pintu dibuka. Tsugumi langsung memasang wajah sebal melihat pria di belakang Mamoru. Daryl sendiri tetap bersikap santai dan tidak acuh. Setelah keduanya ada dalam jangkauan penglihatan Shu, pria itu pun tersenyum. "Tidak kusangka bisa bertemu denganmu lagi," ujar Shu pada Daryl.

"Apa yang kau katakan? Aku sama sekali tidak ingat pernah bertemu denganmu," jawab Daryl ketus.

Shu hanya tertawa kecil. Ia teringat beberapa menit lalu Tsugumi mencak-mencak kesal menyatakan 'Toyone Mamoru itu malah membawa awak Anti-Bodies!' begitu tiba di ruangannya. Ayase yang dulu pernah bertarung melawan Daryl tanpa tahu wajah sang awak itu awalnya terkejut, tapi setelah itu tawa ringan menyusul karena rasa dendam sudah lama ditinggalkannya bersamaan dengan berakhirnya peperangan.

Daryl berkata tidak pernah bertemu dengan Shu, tapi dari nada bicara dan sikapnya itu tergambar jelas tengah berbohong. Walau Mamoru tidak tahu mendetail cerita masa lalu Daryl, Shu, dan orang-orang yang ada dalam ruangan itu ia dapat menerka bahwa mereka tengah bernostalgia.

Sedikit di ujung hatinya ada rasa jengkel dengan keakraban suasana tersebut. Usia mereka di bawahnya dua-tiga tahun atau bisa lebih, tapi pengalaman yang mereka dapatkan lima tahun yang lalu membuat mereka terlihat lebih dewasa dan berpengalaman. Ditambah kenyataan Ouma Shu itu kekasihnya Inori EGOIST, penyanyi kontroversi yang ia sukai dulu. Mamoru mulai meragukan diri apa ia akan berguna jika bergabung dalam operasi yang dikelola SHIP Foundation itu?

Shu mempersilakan Mamoru dan Daryl duduk. Mereka yang hadir dalam rapat ini ialah Shu sebagai presdir SHIP Foundation, Samukawa Yahiro, Shinomiya Ayase, Tsugumi, Tamadate Shota, dan Kusama Kanon—ia sudah mengundurkan diri sebagai guru di SMA Keputrian Shirokawa. Rapat pun dipimpin oleh Yahiro, Tsugumi menayangkan beberapa cuplikan di layar hologram di atas meja yang bisa dilihat secara 360 derajat.

"Karena Toyone-san baru bergabung dalam operasi kali ini, akan kujelaskan inti-intinya saja secara singkat," ungkap Yahiro mengawali acara. Ia sudah meminta Tsugumi sebelumnya untuk membuka berkas lama. "Pandemi lima tahun yang lalu, 2039, bisa dianggap sebagai puncak permasalahan akibat virus apocalypse. Dunia terinfeksi virus tersebut, seluruh manusia terkena dampaknya, kristal tumbuh di tubuh orang sehat sekali pun. Karena di hari itu ada yang memancing kinerja virus menjadi lebih aktif dan ganas. Semua kejadian itu tidak lepas dari pengaruh GHQ, Anti-Bodies, dan sebuah organisasi yang berjuang demi masyarakat. Bisa dikatakan Funeral Parlor berperan penting menyelesaikan masalah tersebut, tapi tokoh utamanya ialah Shu dan Inori."

Mamoru terbelalak mendengar poin terakhir. Ia menoleh ke arah Ouma Shu duduk, pria berkacamata cokelat yang telah buta dan tangan kanan buatan—kondisinya memang tepat dianggap sebagai seorang pejuang yang telah kehilangan berbagai hal. Meski namanya dielukan pun, pria itu tersenyum kecut tanpa memasang raut bangga maupun kemenangan. Di balik kacamatanya, Ouma Shu menutup mata, mengenang tragedi, perjuangan, dan belahan jiwanya yang telah tiada.

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt