13 ~ What is the meaning of 'Eve?'

21 5 1
                                    

November 2044.
Roppongi, Minato-ku.
Gedung Utama SHIP Foundation.

Sudah dua hari sejak penyergapan itu terjadi. Pihak SHIP Foundation maupun kepolisian masih belum menemukan Kayo. Semalam aku memberanikan diri bertanya pada Kusama-sensei mengenai pencarian tersebut. Guruku itu hanya menggelengkan kepala dengan raut wajah menyesal. Katanya jika tidak ada kabar di hari ketiga, ia beserta Samukawa-san akan menemui orangtua Kayo dan menjelaskan ketidaksengajaan anak mereka menemui teroris dan kini sedang menyanderanya. Mereka akan berupaya menenangkan orangtua Kayo. Sungguh, aku ingin sekali ikut dan meminta maaf atas kesalahanku tidak bedaya membiarkan sahabatku sendiri dibawa pergi.

Anko sendiri sudah kembali ke Shinagawa. Bagaimana pun ia harus tetap pergi ke sekolah. Ada kemungkinan ia tidak akan diincar walau telah bertemu dengan pelaku. Incaran utama mereka adalah aku, itulah yang disimpulkan Ouma-san dan yang lain. Karena itu bagaimana pun aku tidak boleh pergi dari gedung ini, SHIP Foundation di Roppongi ini, sementara Kusama-sensei tetap pergi mengajar ke sekolahku untuk memberi penjelasan pada pihak sekolah mengenai keadaanku dengan alasan sakit dan diberi perawatan khusus di luar kota.

Dai menginginkanku sebagai Eve. Aku teringat telepon kemarin, orang yang tak dikenal juga mengharapkanku menjadi Eve. Katanya ia akan meletakkan sebuah suntikan di kamarku, hingga semalam aku sama sekali tidak tidur. Tanpa kusadari aku telah terlelap dan dibangunkan ibu keesokan harinya.

“Apa tidurmu masih belum nyenyak?” tanya beliau dengan suara cemas.

Ah, pasti ibu berpikir aku masih memikirkan Kayo. Hal itu memang benar, tapi pikiranku kali ini sudah jenuh oleh pernyataan beliau dan Mamo-nii bahwa aku tidak sedarah dengan mereka. Ditambah sebuah perintah yang mengharuskanku menyuntik Ouma-san dengan serum yang tidak kumengerti. Namun setelah dipikir-pikir lagi, serum itu memiliki kekuatan yang sama dengan anak laki-laki bernama Dai itu, kan? Jika benar dulu Ouma-san memiliki kekuatan tersebut....

Aku teringat bagaimana kondisi pria itu kini. Tangan kanannya ialah prostetis, alat bantu yang dirancang khusus untuk anggota gerak badan yang hilang. Apa itu resiko yang didapatkan setelah memiliki kekuatan? Jika iya, berarti kekuatan tersebut tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Mana mungkin aku akan menyuntikkan serum itu ke Ouma-san yang telah kehilangan tangan akibat kekuatan ‘itu’ lagi?

Setelah ibu membawakan sarapan dan makan bersama di kamarku, ia pamit pergi bekerja. Beliau memutuskan ikut tinggal di Roppongi walau harus jauh dari kantornya. Aku menelusuri kamar yang diberikan padaku selama tinggal di gedung ini, cukup luas bahkan lebih besar dari kamarku sendiri, mencari apa benar seseorang dapat masuk ke kamarku dan meletakkan serum tersebut. Seluruh sudut ruangan sudah kucari, tapi tidak berhasil kutemukan. Apa orang itu hanya mengada-ada saja?

Hanya ada dalam kamar rasanya begitu lelah. Perlahan aku keluar dari kamar, walau tidak tahu harus ke mana, yang penting jalan saja. Atau aku bisa kembali ke atap untuk menghirup udara segar. Lelah dengan ruangan sempit seperti lift, kuputuskan menggunakan tangga, menelusuri koridor. Aku pikir akan bertemu dengan karyawan yang ada di sini, tampaknya di lantai ini tidak dijamah karyawan ya?

“Minori-chan? Apa kamu sudah baikan?”

Tanpa sengaja aku malah berpapasan dengan ibunya Ouma-san. Ia bersama dengan seorang pria muda, tampaknya pria itu anak buah atau asistennya. Aku menundukkan badan dengan kikuk padanya. “Berkat bantuan Anda, terima kasih....”

“Tidak perlu canggung begitu. Sou sou, di bawah ada kantin, jika kamu ingin makanan ringan atau kue sejenisnya ada di sana. Ah, benar juga.” Dokter Ouma—yang kini kupanggil dengan Haruka-san karena beliau berkehendak demikian—merogoh saku di jas labornya, menyerahkan sebuah kartu padaku. “Ambil kartu ini untuk membayar makanan di kantin, pilihlah sepuasnya.”

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Where stories live. Discover now