07 ~ She's (not) Fine at School

72 16 1
                                    

Oktober 2044.
Nishioui, Shinagawa-ku.
Shirokawa Girls High School.

Di sekolahku, kuliah umum diperuntukan anak kelas dua. Biasanya narasumber ialah seorang yang memiliki nama, seperti dosen, profesional yang ahli di bidangnya, atau mahasiswa yang merupakan alumni. Pembahasannya berbagai macam, jika dari universitas biasanya membahas kiat masuk perguruan tinggi dan bagaimana gambaran menjadi mahasiswa. Jika dari orang khusus biasanya membahas bidang yang digelutinya, penyuluhan atau informasi penting yang harus kami siagai.

Tahun ini yang memberikan kuliah ialah pendiri SHIP Foundation, sesuai dengan jadwal yang dikabarkan sebelumnya. Ouma-san berdiri di balik podium, membahas apa yang sedang terjadi di kota kami. Ya, tentang penyakit yang sudah ditetapkan sama dengan lima tahun lalu, dari apocalypse virus. Ia hanya membahas informasi dasar yang selama ini sudah kita pelajari. Awalnya banyak yang bosan, tapi karena pembahasannya yang ringan dan meminta kami waspada dengan berbagai tips mudah yang diberikan dapat mengalihkan rasa bosan para siswi Shirokawa.

Setelah beberapa minggu berlalu, seluruh orang masih sibuk menanggapi penyebaran apocalypse virus, tapi para siswa tetap diminta pergi ke sekolah. Aku pun begitu, setelah dinyatakan sembuh tidak ada alasan bagiku untuk libur.

Kabar bahwa aku mantan pasien stage empat mengecutkan banyak siswi untuk menghampiri, terutama teman-teman sekelas. Mereka takut virus masih ada padaku dan akan menular ke siapa pun yang mendekatiku. Karena yang mereka tahu, siapa pun yang sudah terjangkit apocalypse virus—tidak lagi pergi ke sekolah, meski baru masuk stage dua sekali pun—pasti tetap berada di rumah atau rumah sakit untuk penyembuhan lebih lanjut.

Hari ini sudah seminggu aku bersekolah. Tidak ada yang mau menghampiriku, bahkan menyapaku. Seakan aku merasa tidak ada gunanya sembuh jika semua teman menjauhiku. Tidak, terkecuali dua orang, Kayo dan Anko. Mereka tetap di sisiku, bahkan tadi mereka duduk mengapitku agar teman sekelas tidak risi duduk di aula mendengarkan pidato yang dibawakan Ouma-san.

"Ternyata Ouma Shu memang keren seperti di foto! Bahkan lebih keren dan dewasa~," ungkap Kayo setelah kami keluar dari aula setelah mendengar perkuliahan. "Tapi..., bagaimana cara bilangnya, ya? Sayang sekali tidak bisa melihat," ujarnya tampak kecewa.

"Jadi selama ini kau mendengar perkuliahan atau menilai orang yang memberikan kuliah?" heran Anko kesal.

Kayo terkekeh. "Habis~ begitulah! Aku tidak bisa berkedip melihat pria tampan! Apalagi umurnya lebih tua! Ya, kan, Minori-chan~?" Kayo menggandeng tanganku erat.

Aku mengangguk gugup. "A-ah.... Hm?"

"Lihat saja! Minori-chan saja bisa termenung karena memikirkan pria tampan itu!"

Aku menyanggah cepat, "Bu-bukan!" Aku termenung karena..., yah, masih tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi padaku. Terlebih setelah aku keluar dari rumah sakit.

"Bukan?" bingung Kayo. "Padahal aku lihat dari tadi kamu tidak berkedip sedikit pun melihat ke depan! Pasti, itu karena kamu tertarik dengan pria itu, bukan?"

Aku tercengang, tidak sangka Kayo memperhatikanku. Memang kami duduk bersebelahan, tapi tidak sangka Kayo mendapatiku melihat Ouma-san dengan berbagai pikiran bergelut di benak. Ya, hari itu aku mencoba bernyanyi di hadapan pasien stage tiga-akan-empat, semua pertanyaan berputar tanpa tahu jawabannya. Semuanya berawal dari satu kata 'kenapa?'.

"Aku ... teringat hari-hariku di rumah sakit. Itu saja," jawabku lemah.

Tawa Kayo terhenti, ekspresinya berubah sedih, hal itu pun tertular pada Anko.

Guilty Crown: The Righthand of Eve ~She's the Queen~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang