IM : 50

863 48 2
                                    

Haiiii... Haiiii.. Haiii

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat sore, ava kabarrre??

Semoga selalu sehat ya. Maapkan baru update lagi, cus cus lah bacaaa jangan lupa bintangnya ya kawan. 😘😘.

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.














*
     Hari terus berganti, persiapan pernikahan Ninda dan Alif pun semakin matang. Kini, mereka berdua sedang melakukan gladi resik untuk prosesi akad besok.

Sejujurnya, Ninda ingin konsep pernikahan mereka diadakan di rumahnya saja, cukup dihadiri para rekan dan tetangga sekitar. Namun, Papa Herman menolak dengan beralasan bahwa ini pernikahan putra semata wayangnya yang seharusnya tergelar mewah meski mengundang sedikit kolega dan ia memilih sebuah taman hotel yang cukup ternama sebagai tempat akad.

Ninda dan Alif hanya pasrah menerima keputusan dari Papa Herman. Namun, Alif mengajukan syarat bahwa tak ada satupun media yang akan meliput pernikahan mereka dan Herman menyetujuinya.

Semuanya turut hadir dalam acara gladi resik ini, tak terkecuali keluarga besar serta sahabat dari kedua calon mempelai.
Hasna sendiri pun sudah datang kemarin sore bersama sang ibu, Nina menyambut hangat calon besannya itu. Susi pun merasa senang bertemu kembali dengan Nina- sahabat lamanya.

Ninda sudah mengajukan cuti kuliah selama beberapa hari mungkin dua hari setelah acara akad ia akan kembali berkuliah seperti biasa.

Beberapa orang sibuk berlalu lalang entah dari pihak WO atau suruhan dari Herman, Ninda sendiri memilih duduk dan menyaksikan dengan posisi bertopang dagu.

Alif yang melihat Ninda duduk lekas menghampiri dengan sebotol air mineral di genggamannya.

"Capek, ya?" tanya Alif mendudukan dirinya di samping Ninda.

Ninda menggelengkan kepala. "Nggak capek, cuma bingung gue harus ngapain," ungkapnya jujur.

Alif mengulurkan botol mineral tepat di hadapan sang calon istri. "Minum dulu, gih,"

"Makasih, Lif." Ninda tersenyum tipis.

"Setelah ini kita ziarah ke makam Ayah yuk!" Alif menatap manik mata Ninda.

Netra Ninda berbinar lantas ia menganggukan kepala. "Ayok, by the way ini kapan selesainya?"

"Ehemm, Abang cariin ternyata disini, toh!" Bian datang sembari bersedekap dada.

Ninda terkekeh pelan. "Abang ada apa cari, Ninda?"

"Abang cuma memastikan kamu nggak pulang duluan," ujar Bian melirik Alif sekilas.

Imamku Musuhku [ END ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora