IM : 91 - Kerikil Kecil

168 15 0
                                    

Haiii haiiiii everyoneeee

Double update nichhh, kawan.
Jangan lupa komen n vote ya🤗🤗

Selamat membacaaaa sayang-sayangkuu💐



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Part 91 - Kerikil kecil

Empat bulan sudah Abiyan menetap di jogja, hari-hari Abiyan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia tinggal di salah satu indekos yang tak terlalu jauh dari Cafe--tempatnya bekerja.

Sejujurnya, di dalam lubuk hati yang  terdalam Abiyan sangat merindukan sekali Wisnu dan Aisyah. Namun, untuk sekedar pulang bertemu dengan sosok pengganti orang tuanya itu Abiyan belum sanggup.
Hari ini ia mendapatkan shift opening cafe bersama dua rekan lainnya. Weekend kali ini cukup ramai, banyak anak muda yang nongkrong dan bersantai.

Waktu masih menunjukkan pukul setengah sebelas, Abiyan lupa belum melaksanakan dhuha. Ia berpamitan pada Zafran untuk menunaikan dhuha yang sebentar lagi habis waktunya.

"Zaf, aku tak solat dhuha dulu ya. Ndak lagi rame ini, toh? Tak tinggal sebentar ndakpapa, kan?" Abiyan mendekati Zafran sembari melepas apron bewarna coksu.

Zafran mengangguk. "Ndakpapa, mas. Lagian ini sepi juga, kok."

"Wokeh, sik, ya." (Oke, sebentar, ya.") Abiyan menepuk pundak Zafran dan berjalan menuju mushola kecil yang berdampingan dengan backcrew.

Pria manis itu mempercepat langkahnya hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang wanita, wanita cantik itu terjatuh sembari memunguti buku-buku yang ia bawa.

Abiyan menepuk dahi. Merutuki kebodohannya lalu ia langsung membantu memunguti buku wanita tersebut.

"Pangapunten, ya, Mbak. Saya terlalu buru-buru, mbak ada luka, ndak?" tanya Abiyan khawatir.

Wanita berjilbab maroon itu mendongak menatap Abiyan, sejenak Abiyan tertegun dengan paras wanita itu. Alis tebal, hidung bangir, bibir tebal berpoles gincu warna nude hampir mirip keturunan Arab.

"Tidak apa-apa, Kak. Saya yang seharusnya minta maaf karena sudah menabrak Kakak." Gadis berjilbab maroon itu tersenyum manis.

Abiyan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sedikit salah tingkah sebab memandang lama wajah gadis di hadapannya ini. "Mmmm... maafkan saya ya, Mbak. Serius ini ndak ada luka?"

"Enggak, Kak." tegas gadis manis itu.

"Ooh, oke, kalau begitu saya duluan ya. Maaf sekali lagi." Abiyan pamit undur diri, meninggalkan Zafran terlalu lama takut membuat Zafran keteteran melayani banyaknya customer.

Seseorang menghampiri gadis itu, wajahnya sedikit memberengut kesal.

"Latifha, aku tungguin lho." sungutnya kesal.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang