IM : 82

563 40 2
                                    

Haiiii haiiii selamat pagiii
Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat yaaaa,

Selamat hari selasaaa

Mon maap kemarin weekend aku enggak update. For your information ini lebih dari 3000 kata, Yok jangan lupa spam vote n komen!

Seperti biasa jangan lupa tap vote di bab-bab sebelumnya.

Siap untuk membaca?

Playlist - Seluruh Cinta - Cakra Khan.
































Part 82

"Boleh, siapa namanya?"

"Rasyad Al-kahf Muhammad Alif."celetuk Alif mengembangkan senyum tipis.

Bian menyunggingkan senyum, ia sebagai Abang turut merasakan kepedihan sang adik yang kembali kehilangan. Ia berharap Ninda segera bangkit kembali meski membutuhkan waktu lama.

Bian mengangguk setuju seraya menepuk bahu Alif. "Asyad nama yang bagus, Lif. Semoga Allah menempatkan Asyad disisi paling baik, dan kalian diberi kekuatan. Gue jujur gak tega melihat kondisi Ninda seperti ini, gue ngerasa gagal menjaga dia sehingga dia harus mengalami kehilangan lagi."

"Bang, Ninda itu sudah menjadi tanggung jawab gue, gue merasa payah melindungi dia. Andai-

Bian menghela napas merangkul Alif. Ia tahu seperti apa hancurnya perasaan Alif. "Lo enggak gagal, Lif! Gue bangga sama lo karena selama ini lo berjuang mati-matian melindungi adik gue. Terimakasih ya, gue bersyukur adik gue satu-satunya mendapatkannya laki-laki bertanggung jawab seperti lo, Lif."

"Sama-sama, Bang."

Tanpa Bian sadari Ninda sedari tadi sudah sadar, perempuan manis itu mendengarkan semua ucapan dari Bian dan Alif. Hati Ninda makin sakit, rasa penyesalan semakin mengrogoti hatinya sebab telah mengecewakan banyak orang.

Alif melepaskan diri dari rangkulan Bian, ia tersenyum lebar tatkala mendapati permata hatinya sudah sadar.

"Alhamdulillah akhirnya kamu sadar, Yank. Apa yang kamu rasa, hm? Aku panggilin dokter ya." ucap Alif lembut seraya mengelus kepala Ninda sayang.

Ninda menggeleng lemah sembari mengenggam erat tangan Alif yang bertengger di kepala.

"Gak usah, Bang, aku udah baik, kok," lirihnya.

"Mmm... oke." Alif mengangguk pasrah. Pria manis itu tak mau memaksakan kehendaknya, membiarkan Ninda tenang terlebih dahulu.

Ninda terdiam sambil memandang wajah Alif, ia bisa melihat gurat kekhawatiran di wajah tampan lelakinya itu membuat Ninda semakin dilanda rasa bersalah. Untuk pertama kali Ninda mengecewakan semua orang karena telah lalai menjaga titipan sang Kuasa.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang