IM : 62

743 42 1
                                    

Haiiii everyone.

Selamat pagiiii.
Selamat hari sabtu, and happy weekend ❤

Absen dong baca part ini jam berapa? 😆😆

Semoga kalian sehat selalu yakkk. Bahagia juga jangan lupa. 😻

Jangan lupa komen dan vote di part sebelumnya bestiee dan baca jangan lompat-lompat biar nggak bingung, oke dears. 🤗

























Part 62

Dua minggu sudah Ninda menjalani peran ganda, yaitu seorang istri dan mahasiswi. Minggu pertama memang tak mudah baginya, ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang konon sebagian orang mengatakan sedikit susah. Namun, Ninda sangat enjoy menikmati perannya meski terkadang ia kerap keteteran.

Alif sendiri selalu sigap membantu Ninda, misal saat Ninda sedang menyiapkan pakaian kantornya. Ia mengambil peran membuat sarapan atau sekedar menyiapkan sarapan yang sudah dibuat Mbok Darsih.

Alif tahu tak mudah bagi Ninda membagi waktunya, maka dari itu ia harus lebih mengayomi sang istri.

Hari ini hari minggu, waktu yang pas untuk quality time bersama pasangan dan keluarga, sedari tadi pasangan muda itu melakukan kegiataan banyak hal seperti berkebun, dan beberes rumah.

"Fyuh... " ujar Ninda mendudukan bobot tubuhnya di saung.

Alif terkekeh, ia mendekati sang istri sambil membawa dua botol air mineral. "Capek?"

Ninda menggangguk pelan. "Sedikit, tapi seru,"

"Minum dulu gih!" Alif membuka tutup botol lalu mengulurkan ke tangan Ninda.

Lekas Ninda meneguk isi botol hingga setengah dan menutupnya kembali. "Aku kemarin udah pesan beberapa bibit bunga dan buah bang di aplikasi oren. Mungkin besok sampai."

"COD atau-

"Transfer," potong perempuan manis itu.
"Aku nggak sabar banget liat lahan ini banyak tumbuhan, ijo-ijo bikin mata segar memandang."

Lelaki dua puluh enam tahun tersebut tersenyum tipis mendengar penuturan antusiasme sang istri, ia bahagia bisa memberikan ruang untuk Ninda bereskpresi. Selagi yang dilakukan Ninda hal positif, syukur bisa bermanfaat. Alif akan selalu mendukungnya.

"Bang, kok diem sih!" sungut Ninda bersedekap dada.

Alif menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh, em ya aku setuju, Sayang."

"Setuju apa?"

"Kamu nanem tanaman, nanti malam kita makan keluar ya!" ajak Alif.

Ninda mengernyitkan alisnya tak paham. "Kok mendadak? Ada apa, Bang?"

Imamku Musuhku [ END ]Where stories live. Discover now