IM : 66

636 46 2
                                    


Hallo, assalamu'alaikum warahmatullahi.

Apa kabarrr vrends?
Mohon maaf baru bisa posting. 😘😘semoga masih ada yang nungguin.

Semoga kalian selalu sehat dan bahagia! 💗

Terimakasih 100 followersnya, terhura bangett huhu🤩💗💗.

Semoga makin bertambah ya, jangan lupa sebelum baca vote dulu okeeh.😘

😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















.Part 66

***
Siang ini, Bian kembali mengirim pesan pada Hasna. Bian resah, ia selalu kepikiran dengan jawaban dari perempuan manis itu.

Hasna sendiri hanya menghela napas berat, ia sudah menemukan jawabannya. Berulang kali melaksanakan salat istikharah akhirnya perempuan dua puluh delapan itu menemukan keyakinan yang kuat di hatinya.

Gegas jemari lentiknya membalas pesan dari Bian.

Hasna Alfatunnisa : Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, siang Mas Bian. Alhamdulillah setelah melakukan salat istikharah berulang kali, akhirnya saya mendapat jawaban pas dari hati saya. Namun, saya belum bisa mengabarinya sekarang sebab saya sedang mengajar. Insyaaallah akan saya sampaikan sore hari ya, Mas. Usai pulang sekolah."

Send.

Bian tersenyum tipis membaca balasan dari Hasna, rasanya tak sabar akan jawaban perempuan itu. Ia percaya bahwa apapun hasilnya nanti pasti terbaik, terbaik menurut Hasna dan terbaik menurut-Nya.

Rafael mengernyitkan alisnya heran melihat tampang dari sang sahabat. Ia pun mendekatinya.

"Kenapa, Bro? Kayanya happy bener," Rafael menepuk bahu Bian.

Bian membalikkan badan dan menyimpan kembali ponselnya di saku Jas.

"Gue dapat proyek besar di Bandung, Raf. Hmm, kayanya gue butuh bantuan lo deh si arsitek tampan." alibi Bian sambil terkekeh. Ia sengaja merahasiakan lamarannya ke semua orang kecuali Bunda. Bahkan, Ninda sebagai adik kandungnya saja tak mengetahui hal itu.

Bian mau semua orang tahu nanti saat akad saja. Sungguh mengejutkan bukan? Diam-diam membuat gempar seisi dunia.

Rafael mengangguk paham. "Alhamdulillah, rejeki nih. Gue bantu, tenang aja!"

"Tengkyu ya,"

Rafael tertawa kecil. "Kaya sama siapa sih, Bi? Gue ini, jadi santuy aja."

Bian menanggapi Rafael dengan senyuman tipis. "Makan siang yuk, Raf. Gue laper, nih!"

"Hmm, mau makan di mana? Ketoprak yuk." Rafael tertawa kecil.

Bian mengangguk setuju. "Boleh, selera lo tetap Indonesia, Raf. Padahal lo dah lama tinggal di luar negeri."

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang