08 : Mantan

5.6K 770 22
                                    

Pagi ini aku mendeklarasikan diri sebagai pembenci bunga, kecuali bunga bank tentunya.

Aku mengerutkan keningku tatkala melihat meja kerjaku berubah menjadi taman bunga. Seberapa keras aku berusaha memutar kembali ingatan di kepalaku, aku tidak bisa menemukan alasan keberadaan dari bunga-bunga yang warnanya sangat variatif.

"Mas Dirga, ini bunga siapa sih?"

Dirga seperti berusaha menahan tawa melihat reaksi sebal yang terpatri jelas di wajahku.

Dirga tidak menjawab pertanyaan yang aku lontarkan, melainkan hanya menunjuk arah belakangku seakan-akan ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa berbicara.

"Saya permisi, Dok." ujar Dirga yang kemudian langsung pergi dari ruangan.

Aku terkejut melihat Abian yang tiba-tiba sudah berada di ruangan ini, bahkan langkah kakinya saja tidak terdengar. Aku curiga kalau dia titisan setan.

"Sejak kapan disini?"

"Kepo."

Aku mengelus dadaku menenangkan amarahku, "Pasti kamu dalangnya kan? Ayo cepet ngaku!"

Pria berbadan tegap itu mengusap puncak rambut kepalaku, "Masih pagi enggak boleh marah-marah, nanti cepat tua. Kalau kamu cepat tua, entar saya dikira nikah sama nenek-nenek."

"Nenek-nenek enggak ada yang secantik saya."

"Banyak kok nenek-nenek zaman sekarang yang sudah ngerti skin care."

"Kalau saya nenek-nenek, kamu apa? Buyut?"

"Usia boleh dewasa, tapi wajah tetap baby face."

"Terlalu percaya diri."

"Saya percaya diri karena memang pada dasarnya saya itu tampan, pintar, dan kaya."

"Bodo amat. Bunga-bunga ini pasti ulah kamu kan Abian?"

Aku yakin bunga sebanyak ini pasti menyita banyak waktu dan tenaga untuk membersihkannya. Lalu, yang menjadi pertanyaan terbesarku ialah bunga-bunga ini mau ditaruh dimana? Lagi pula bunga bukan makanan yang bisa dihabiskan dengan cepat.

"Bukan ulah saya."

"Bukan ulah kamu?"

Abian mengangguk-anggukkan kepalanya, "Bukan saya, tapi ulah mantan-mantan saya."

"Mantan-mantan kamu?"

"Iya, mantan. Kamu kalau pagi otaknya tambah lemot ya Wan? Makanya cepat nikah dengan saya saja biar otak kamu ketularan pintarnya."

Abian sungguh mudah mengucap kata menikah, ia tidak tahu saja menikah itu tidak seindah drama korea. Bahkan drama korea saja sudah banyak menampilkan alur cerita suram dalam dunia pernikahan.

"Dokter Abian yang terhormat, mending kamu jelasin deh kenapa meja saya berubah menjadi taman bunga."

"Saya ulang tahun."

Abian sedikit memberi jeda sebelum menjelaskan lebih lanjut latar belakang bunga-bunga yang berada di mejaku, "Mantan-mantan saya biasanya rutin kasih bunga di hari ulang tahun saya."

"Kok bisa?"

"Bisa dong. Saya kan mantan terindah mereka."

Aku menghela napas mendengar ucapan Abian yang begitu percaya diri dalam memuji dirinya sendiri.

"Memang mantan kamu berapa banyak sampai bunganya sebanyak ini?"

Abian tersenyum mendengar pertanyaanku, "Enggak bisa dihitung pakai jari."

My Impressive PartnerМесто, где живут истории. Откройте их для себя