12 : One Day

4.7K 706 41
                                    

"Halo, Abian. Selamat pagi."

Abian menghela napasnya dengan berat ketika melihat wajahku muncul di depan pintu rumah.

"Kamu ngapain dateng?" tanya Abian dengan muka kusut.

Aku tersenyum melihat wajah polos Abian yang baru bangun tidur. Aku bisa pastikan kalau Abian baru bangun tidur dan belum mandi karena rambutnya yang masih berantakan. Baru bangun tidur saja Abian sudah sangat tampan. Berbanding terbalik denganku yang ketika bangun tidur rambutku terlihat seperti singa.

"Wanda, saya bertanya kamu mau apa?"

"Abian, saya menjawab saya mau ketemu kamu."

"Wanda, masih pagi loh. Jangan buat saya emosi."

"Memang enggak boleh datang? Lagi pula kamu hari ini kamu libur kan?"

"Memang libur. Makanya saya heran lihat muka kamu pagi-pagi. Kehadiran kamu merusak liburan saya."

"Bilang aja seneng kan pagi-pagi ketemu bidadari."

"Bidadari dari alam mana?"

"Alam bawah sadar kamu."

"Kamu belajar gombal dari siapa?"

"Enggak gombal, kenyataan kok."

Aku melanjutkan pembicaraanku,"Saya ditugaskan sama Mama kamu buat jaga kamu selama Mama kamu di luar kota."

"Jaga saya?"

Aku memamerkan senyum manisku, "Jaga kamu dari perempuan lain."

"Aneh." ujar Abian sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan pergi meninggalkanku, entah kemana.

"Kamu mau kemana sih Abian? Baru datang juga, bukannya ditemenin."

"Kamu memang enggak haus dari tadi ngomong?" ujar Abian sembari memberikan secangkir cokelat hangat kepadaku.

Aku mengambil cangkir tersebut dengan perasaan bahagia. Abian ternyata diam-diam peduli juga denganku.

"Kamu sudah sarapan?" tanyaku kepada Abian.

"Belum. Enggak biasa sarapan." jawab Abian.

"Loh kenapa? Sarapan kan kebiasaan baik."

"Malas."

"Kalau dimasakin mau?"

"Kamu mau masak apa?"

"Kamu mau makan apa?"

"Nasi goreng."

Aku tersenyum melihat tingkah Abian. Ia masih dengan sikap gengsinya, tetapi sebenarnya ia sangat menyukai masakan yang aku buat.

"Kamu bantuin."

"Saya bantu apa? Saya pernah masak nasi goreng, malah jadinya nasi gosong."

"Kamu emang cuman pinter jadi dokter doang ternyata. Mudah kok bantunya, mau ya?"

Abian menganggukkan kepalanya.

Aku meminta bantuan kepada Abian untuk memotong wortel dan jagung. Sementara aku menyiapkan bahan-bahan untuk dijadikan bumbu nasi goreng.

"Abian, saya minta kamu potong wortel, bukan operasi sayur."

Abian tertawa melihat ekspresi aku yang dongkol karena terlalu lama menunggu potongan wortel dari Abian.

Kruk kruk

"Laper?"

"Berisik."

Suara dari perut Abian membuatku menahan tawa.

My Impressive PartnerWhere stories live. Discover now