𝐇𝐲𝐮𝐜𝐤𝐫𝐞𝐧 : 18

8.3K 1.1K 125
                                    

Sesampainya di ruangan Haechan langsung menuju ke salah satu bilik kamar yang besarnya hanya minimalis, itu tempat ia beristirahat dulu, karena awal ia merintis bisnis itu ia sangatlah sibuk bahkan Haechan sampai lupa pulang, jadi arsitek mendesain sebuah bilik kecil untuk Haechan istirahat.

Haechan menidurkan Renjun di kasur yang ada di sana. Ia mengusap sekilas surai Renjun kemudian ia kembali ke meja nya untuk menyelesaikan beberapa proposal.

Ia menekan nomor di telefon untuk menghubungi sekretaris nya. Tak lama kemudian sekretaris nya datang.

"Apa ada jadwal untuk dua tiga hari mendatang?" Tanya Haechan.

"Ada sajangnim, ada meeting dengan kolega Anda di Dubai, jadwal keberangkatan Sajangnim besok pagi-pagi." Ujar Sekretaris itu.

"Katakan pada Lia, urus penjualan emas yang baru saja keluar. Jual dengan harga tinggi. Karena itu terbatas, kami hanya membuat tujuh buah, yang sudah di ukir, dan masing-masing memiliki berat lima kilo per satuan."

"Baik sajangnim, informasi terbaru adalah. Berlian yang di jual ke beberapa negara sudah laku dan kita untung sekitaran tiga puluh lima triliun, dan itu baru sebagian sajangnim."

"Bagus."

Sekretaris Haechan membungkuk dan keluar dari ruangan itu.

Saat Haechan memutar kursinya ia sangat terkejut melihat Renjun yang sudah berdiri di sampingnya dengan keadaan yang acak-acakan. Rasanya detak jantung miliknya berhenti sejenak karena ia benar-benar terkejut.

"Kau mengejutkan ku."

"Aku minta maaf, aku hanya ingin buang air kecil. Dimana toilet?"

"Di sebelah sana." Renjun segera berlari kecil menuju toilet. Setelah itu ia kembali dan duduk di sofa.

"Apa kau lapar?" Renjun menggeleng.

"Oh iya, aku ada jadwal ke Dubai besok, dan kau harus ikut."

"Ta-tap-"

"Tidak ada tapi-tapian."

Dengan pasrah Renjun mengangguk. "Sepulang dari sini aku akan mengajak mu untuk membeli beberapa baju baru."

"Untuk aku?"

"Ya, untuk siapa lagi."

Renjun tersenyum. "Terimakasih." Sedetik kemudian Haechan meraih dompetnya dan mengambil satu buah kartu berwarna hitam yang di yakini adalah black card ia mengambil satu dan memberinya pada Renjun.

"Apa ini?"

"Kau bisa menggunakan itu sepuasnya karena kartu itu unlimited." Ucap Haechan.

"Tapi ini terlalu banyak."

"Itu sedikit, jangan berlebihan. Aku memiliki lima brangkas besar yang penuh dengan benda itu."

"Terimakasih."

"Tidak perlu berterimakasih, apapun untuk kesayangan ku." Haechan tersenyum dan menghampiri Renjun kemudian memeluk tubuh mungil itu dan menghujani dengan kecupan kecupan di pipi Renjun.

"Pasti seseorang akan beruntung memilikimu suatu saat nanti." Ujar Renjun.

"No, aku yang beruntung memiliki orang itu. Karena orang itu adalah kau, Lee Renjun. Kau milikku, selamanya akan milikku, aku akan menghabisi seseorang yang berniat mengambil mu dariku, dan aku akan menghukum mu, jika kau berani pergi dariku." Renjun merinding mendengar ucapan Haechan.

"Kau menakutkan, sialan."

"Untuk saat ini aku pura-pura tidak mendengar umpatan mu itu. Tetapi, jika aku mendengar mulut kesukaan ku ini mengeluarkan kata-kata kotor, aku pastikan mulut ini, akan tersumpal dengan penis besar ku."

//Puk

Renjun memukul pelan bahu Haechan karena sudah berani berkata vulgar seperti itu.

"Kau benar-benar menakutkan." Renjun menyandarkan wajahnya di dada bidang Haechan.

"Kau tahu, Haechan. Aku tadi membaca sebuah cerita di ponsel." Ujar Renjun.

"Cerita apa?"

"Sebuah cerita yang menceritakan tentang perjodohan." Haechan tertarik mendengar cerita Renjun. "Lalu?"

"Submisive itu di jodohkan dengan seorang dominan yang pemilik universitas. Awalnya mereka tidak akur, tetapi bab yang aku baca di akhir-akhir mereka menjadi akur. Tetapi aku sangat menyayangkan karena yang memberikan suara pada cerita itu sangatlah sedikit...."

".... Kemarin aku menunggu lama karena penulisnya tidak memperbarui ceritanya, mungkin penulis nya merajuk sebab suara dari ceritanya sedikit...."

"Begitulah, jaman sekarang banyak orang yang hanya menikmati buatan seseorang, contohnya cerita yang kau baca itu. Orang-orang hanya menikmati ceritanya tanpa menghargai si penulis."

"Ya, padahal. Menurutku memikirkan ide itu sangatlah sulit. belum lagi memikirkan cara agar ceritanya mendapatkan feel yang baik."

"Kau benar."

"Tetapi aku merasa sedih, submisive yang ada di cerita itu memiliki penyakit, aku takut ceritanya Sad Ending."

"Mungkin si penulis nya menaruh sebuah target, jadi jika suaranya sedikit maka cerita itu akan berakhir dengan sad, tetapi jika suaranya banyak maka akhirnya akan Happy."

"Mungkin begitu."

.
.
.
.
.
.
.
To Be Continue - 27Juni2022
-Rista

[✓] OBSESSION || HYUCKREN Where stories live. Discover now