03

1.5K 95 0
                                    

Happy reading gays, jangan lupa pencet bintang ya. Kalau gak suka skip aja🙏🥰

B

21:30 wib, Yasa berada di halaman rumah milik Jaenar. "JAENAR MAIN YUK!!" suara Yasa menggelegar di luar halaman rumah Jaenar. Tidak lamapun pintu terbuka menampakan pria dengan tatapan dingin, Yasa menelan ludahnya susah payah, dia tau bahwa yang di hadapannya ini adalah dejun saudara kembar dari Jaenar. Mereka tidak identik dan berbeda sifat Daejun orang yang pendiam dan dingin aurahnya saja sudah terpancar.

"Eh, dedek dejun" Yasa menggaruk tengkuknya dengan rasa canggung. "abangnya mana?" Daejun membuka lebar pintu rumahnya dan mempersilahkan Yasa masuk menunggu kakaknya yang masi bersiap di atas.

Tidak lama Jaenar muncul dari tangga rumahnya dan terkejut melihat Yasa yang sudah duduk anteng di rumahnya."kapan sampai Yas?" Suara Jaenar membuyarkan lamunan Yasa. "Gak lama kok baru aja. Hayuk berangkat sekarang" Yasa berdiri dan langsung mengajak Jaenar untuk pergi bersamanya. "Bentar gua pamit sama dejun dulu" Jaenar menghampiri kembarannya yang sedang melihat televisi. "Jun gua pergi, kalau ayah nyariin bilang gua nginep di rumah temen gua" Daejun hanya mengangguk kan kepalanya.


Di sisi lain Jovan yang sudah siap ingin berangkat ke markas di hadang oleh suara ayahnya yang sedang duduk tenang di sofa bersama ibunya. "Mau kemana kamu?" Suara Januar membuat langkah Jovan berhenti, namun ia berjalan lagi sampai suara mamanya yang terdengar.

"Jovan kamu mau kemana malam-malam begini.? Apa tidak bisa kita kumpul di sini sesekali, mama sama papa kamu berada di rumah tapi kamu malah keluyuran" Yura- mama Jovan, mengucapkan kalimatnya dengan sedikit amarah di dalamnya.

"Anggap aja Jovan gak bagian dari keluarga kalian" Januar yang mendengar ucapan putranya berdiri dari duduknya dan menghampiri Jovan. "Apa alasan kamu berbicara seperti itu,? Di luar sama banyk yang ingi berada di keluarga kita, tapi kamu malah berbicara seperti itu kepada orang tua kamu Jovan!" Jovan menghadap papanya, terlihat api amarah dari mata papanya yang terpancar jelas di matanya.

"APA PAPA SAMA MAMA ADA WAKTU JOVAN BUTUH KALIAN, APA ADA,? PAPA SIBUK SAMA KERJAAN MAMA JUGA SAMA KALIAN SEMUA SAMA AJA" .

'plak' suara tamparan keras mendarat di pipi kanan Jovan dengan sempurna, Yura menghampiri suaminya dan menenangkannya. "PAPA GAK PERNAH AJARKAN KAMU BERBICARA SEPERTI ITU!!"

"emang dari dulu papa gak pernah ajarkan Jovan apa-apa" Jovan keluar dari rumahnya dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.


Deruman musik dengan full volume menggelegar di kawasan bar, Jaenar yang sudah berada di sini dengan Yasa dan juga teman temannya, tinggal menunggu geng Jovan.

Tidak berapa lama Jovan dan gengnya datang dan langsung duduk di tempat masing masing. "Na,barnya bagus" Jovan duduk di samping Jaenar sambil merangkuk pundak Jaenar.

"Awas tangan Lo,elergi gua di pegang sama Lo" Jovan tertawa melihat raut wajah Jaenar yang kesal.

"Tapi lebih bagus lagi kalau ada barang yang bagus" Marvel teman Jovan duduk di hadapan Jovan dan Jaenar yaitu di samping Harry. "No women-women" Harry menunjuk poster yang sudah ia buat sejak awal, karena ia tidak ingin jika melihat org melakukan hal mengerihkan di hadapannya. "Anjir, kagak seru lah begini. Ntar kalo kita pada tepar siapa yang mau di ewe, masak elu batang begitu." Yasa yang mendengar hal tersebut hanya berdemen dengan tanggapan Marvel. Rendra yang menyadari perubahan wajah Yasa langsung menutup topik mereka "udahlah anjir ngapa jadi bahas ewe" semua orang di situ mengangguk kepalanya, dan mulai sibuk dengan kegiatan masing masing.

Sudah terhitung 3 jam sejak mereka berada di bar, sekarang menunjukan pukul 01:30 dini hari. Semua sudah pada tepar kecuali Yasa dan Jaenar sadangkan Jovan terus meneguk wine miliknya, pikirannya sudah tidak terarah, masalah keluarganya selaku menghantui dirinya.

Jaenar yang menyadari bahwa Jovan tidak berhenti dan terus meneguk wine nya, mendatanginya dan menepuk pundaknya. "Pulang Lo, males gua nganter. Temen Lo dah pada tepar jalan Lo" Jovan hanya terkekeh mendengar omongan Jaenar dan terus menuang wine dalam gelasnya.

"Gua gak punya rumah, mau balik ke mana" Jaenar tidak ambil pusing dengan omongan Jovan dan menyuruh bartender serta semua yg ada di bar untuk pulang.

"Yas lo pulang sama Rendra aja, kasihan noh udh tepar. Ntar gua nyusul ke rumah Lo, soalnya tadi gua dah bilang gak pulang ke kembaran gua" Yasa ingin menunggu Jaenar sampai selesai namun tidak di izinkan oleh Jaenar sendiri. "Gua mau nunggu loh aja lah na, biar sekalian" Jaenar menunjuk Jovan dan berkata "gua mau nganter tuh anak bentar, temennya kayak anjing semua masak ketuanya tepar di tinggal" Yasa hanya mengangguk kepalanya dan langsung membopong tubuh Rendra ke motornya.

"Rumah lo di mana su? Biar gua anter" Jaenar duduk di samping Jovan yang duduk di teras bar. Semuanya sudah pulang dan bar sudah di tutup.

"Gua dah bilang kagak punya rumah" Jovan mengatakan dengan tertawa kecil dan kepala yang sudah tidak tahan untuk di angkat. "Hotel aja" Jaenar mengangguk kepalanya dan menuntun Jovan. Sebenarnya Jovan tidak mabuk berat dia sudah biasa seperti ini, dia hanya ingin membuat Jaenar menjadi babunya.

                                     18+‼️


Yang belum 18+ kalo mau baca dosa tanggung sendiri ya🙏😭

Tidak sampai setengah jam mereka sampai di hotel terdekat. "anterin, gua anterin" Jaenar berdecak "asu lo yah, ngatur Mulu" mulut berkata sepeti itu, tapi dirinya tetap berjalan sambil menarik jaket yang di kenakan Jovan.

"Ini kunci kamar lo, gua mau pulang" Jovan seketika mendongakkan kepalanya dan tersenyum sampai matanya hilang. "Kok pulang tidur bareng gua" Jaenar mengerutkan keningnya, saat ini mereka berada tepat di depan kamar milik Jovan yang sudah di pesan tadi. Jovan membuka pintu dan langsung menarik Jaenar kedalam.

"Anjing lo Van, jangan ngadi-ngadi"

"Lo kok cantik sih Na," Jovan mendekati Jaenar dan mengelus pipi milik Jaenar, Jaenar yang terkejut langsung menepis tangan Jovan. "Anjing ya lo, sini kuncinya gua mau pulang"

Entah apa yang di minum Jovan, saat ini dirinya melihat Jaenar begitu cantik. Kulit putih, pipinya yang chubby dan bibirnya yang... Jovan tidak tau apa ini tapi dirinya ingin merasakan bibir itu. Tanpa persetujuan Jaenar Jovan mencium bibir Jaenar dengan lembut, Jaenar terkejut apa yang di lakukan Jovan. Dia menampar pipi Jovan sampai mengeluarkan darah di bagian sudut bibirnya.

"Lo Gilak apa gimana sih, gua cowok anjing jijik gua liat elu" Jaenar sudah mendapatkan kunci kamar jovan. Namun saat ingin membukanya Jovan justru menariknya dengan kasar. Badan Jovan lebih besar dari badannya. Tangan Jovan yang besar memegang tangannya dengan satu tangan milik Jovan. 'Gila' itu sekarang yang sedang di rasakan oleh Jaenar.

"Lo terlalu manis untuk jadi brandalan Na" Jovan terus melancarkan aksinya, mencium Jaenar walaupun sang empuh menolak keras.

"Gua cowok anjir sadar dong Lo" Jaenar terus berusaha melawan namun usahanya gagal.

Ciuman Jovan sudah berada di di bagian dada Jaenar, saat ini dirinya sudah tertidur dengan kedua tangan di atas dan terus di pegang dengan satu tangan milik Jovan. Satu tanganya lagi membuka baju Jaenar. Jaenar memberontak namun tubuhnya menerima.

Jaenar sudah kehabisan tenaga untuk memberontak Jovan. "Lo diem aja gua yang lanjutin" Jaenar hanya memandang Jovan dengan tatapan benci dan jijik, dia juga sudah kesal dengan dirinya sendiri, saat lidah Jovan berada di analnya bahkan mulut sialannya itu mendesah membuat Jovan terus melancarkan aksinya.

Dan malam ini adalah malam yang membuat keduanya harus menanggung segalanya.

MAKASIH GAYS UDAH BACA🙏 JANGAN LUPA VOTE YA🥰

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now