20

945 70 8
                                    

.

.

Jovan menatap Jaenar yang memilih motor yang akan ia gunakan untuk balapan bersamanya. Pemuda manis itu terlihat sedikit bingung harus menggunakan yang mana. Jovan menyunggingkan senyumnya saat ingatannya kembali ke masa SMA nya dulu.

Dahulu saat awal pertemuan mereka setelah lulus dari SMP Jaenar terlihat berbeda, pria manis itu mengapit rokoknya di antara belah bibirnya dan menatap Jovan penuh dendam. Dahulu pria manis ini selalu menganggapnya sebagai musuhnya. Sekarang pria manis itu melahirkan anaknya dan membesarkannya seorang diri. Jovan menundukkan wajahnya, memutuskan pandangannya dari Jaenar.

Jika di ingat-ingat lagi, maka disini dirinya pemeran antagonisnya. Peran yang cocok diberikan untuknya melihat bagaimana jahatnya dirinya dulu semasa SMP membiarkan teman-temannya membully Jaenar tanpa rasa ampun.

"Ayo"

Suara Jaenar membuyarkan lamunan Jovan. "Udah siap?" Jovan berdiri saat Jaenar mengangguk menanggapi ucapannya.

Jaenar menatap motor Kawasaki zx-10r di hadapannya. Motor keluaran terbaru yang Jaenar saja belum pernah menaikinya, karena harganya mencapai setengah miliyar dan dirinya sudah tidak memiliki waktu untuk itu. Jovan menatap tabjuk kearah motor pilihan Jaenar.

Benar dugaannya, pria manis ini pasti akan memilih motor itu, melihat bagaimana motor Jaenar dulu yang tak kalah dengan motor yang dipilih Jaenar.

Tanpa menunggu lama, Jovan dan Jaenar menaiki motornya masing-masing. Setelahnya seorang pria berdiri di tengah mereka dan membawa sebuah senapan air untuk di hidupkan ya setelah hitungan ketiga pertanda memulai balapan.

Di hitungan pertama Jovan manaikan pedal gasnya yang menimbulkan asap yang begitu banyak di belakangnya. Di hitungan kedua Jaenar mulai menarik kopling motonya. Dan di kehitngan ketiga keduanya meluncur begitu saja bak angin lewat.

Jovan maupun Jaenar terus bertarung tanpa rasa takut. Sekarang Jaenar memimpin lebih awal, lalu tidak berapa lama Jovan menaikan pedal gasnya dan melewati Jaenar begitu saja. Dihadapannya, tak jauh darinya sekrang akan ada tikungan yang begitu curam, Jaenar memanfaatkan hal itu.

Tanpa rasa takutnya iya menyalip motor Jovan begitu saja, meninggalkan Jovan yang tak jauh darinya. Hal itu membuat Jovan menyunggingkan senyumnya, skill Jaenar terbaca oleh Jovan. Setiap tikungan pemuda manis itu pasti menambah laju motonya, lak gila yang hanya akan dilakukan oleh seorang Jaenar Pradipta.

Garis finis sudah tak jauh dari keduanya, Jaenar tersenyum sesaat saat Jovan berhasil menyalipnya. Jika dahulu Jovan yang mengalah demi kemenangan Jaenar, maka kali ini Jaenar gang mengalah demi taruhan yang di buat keduanya.

Jika ia menang Jovan akan meninggalkannya dan hubungannya dengan Jovan hanya sebatas orang tua Jiendra tidak lebih, tapi Jaenar menginginkan hal lebih dari hubungannya dan Jovan, tidak hanya sebatas orang tua Jiendra, tapi lebih dari itu. ..

Jika Jaenar bicara bahwa ia tidak menginginkan Jovan di sampingnya itu bohong, pemuda manis ini sudah lama menunggu kehadiran Jovan. Dahulu saat di Jepang, Jaenar berharap bahwa Jovan menemuinya dan memberikan tanggung jawab.

Jovan menyunggingkan senyumnya saat helm yang ia pakai telah ia buka. Menatap kearah Jaenar yang tak jauh darinya. Hatinya berdesis saat melihat  senyum Jaenar di balik helmnya yang mengarah padanya, senyum pertama setelah kembalinya Jaenar dari hilangnya.

Berjalan kearah Jaenar dan menatap lekat pria manis itu, "taruhannya berlaku"

Jovan membukankan helm Jaenar dan mengelus Surai coklat madu milik pria itu.

"We are meant to be together" 

Senyuman semakin makin merekah dari wajah Jaenar. Jantungnya berdetak lebih cepat saat Jovan mengatakan kalimat tadi.

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now