12

1K 80 11
                                    

HAI GAYS
HAPPY READING 🤗
JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA





7 tahun bukanlah hal yang singkat bagi Jaenar menjadi orang tua tunggal untuk putranya di negara orang. Tidak karena ekonomi namun karena putra kecilnya yang selalu bertanya di mana ibunya, Jaenar sendiri belum berani mengatakan bahwa putranya itu tidak memiliki Ibu melainkan seorang Ayah.

"Pa, Jie tadi di suruh buat puisi oleh ibu guru"

Jiendra Pradipta, putra Jaenar dan Jovan yang kini usianya sudah menginjak umur 6 tahun. Anak laki-laki yang selalu bertanya di mana ibunya, mengapa ibunya tidak pernah menemuinya, mengapa ibunya meninggalkannya. Semua pertanyaam yang keluar dari mulut Jiendra hanya membuat Jaenar terdiam, dia ingin berteriak kepada putranya bahwa dialah yang melahirkannya, bahwa dia tidak pernah meninggalkannya dan bahwa putra kecilnya itu tidak punya sosok seorang Ibu, melainkan seorang Ayah. Namun usia Jiendra belum cukup untuk memahami akan hal itu.

"Wah benarkah? Lalu Jie membuat puisi tentang apa sayang?" Jaenar tersenyum menatap putra kecilnya yang duduk di hadapannya.

"Ibu guru menyuruh kami membuat puisi tentang Ibu," lirih Jiendra membuat senyum manis di wajah anak itu luntur, begitu juga dengan Jaenar.

"Tapi Jie tidak punya Ibu, Jie Menganti temanya sendiri menjadi Papa. Tapi teman teman Jie menertawakan Jie karena pikir mereka, Jie anak bodoh yang tidak patuh dengan omongan guru. Padahal Jie tidak punya Ibu"

Jaenar mengelus Surai hitam legam milik putranya. Hari pertama putranya di sekolah dasar sudah seperti ini, ditertawakan oleh teman-temannya, lantas bagaimana kedepannya nanti?  Apakah Jaenar harus menikah dengan seorang wanita untuk mancari sosok ibu yang Jie cari? Tapi dirinya tidak pernah lagi tertarik dengan wanita manapun setelah melahirkan putra kecilnya ini.

"Pa, papa bilang Jie punya Ibu tapi di mana Ibu Jie?"

Jaenar mengigit bibirnya, ingin berteriak bahwa dirinya adalah sosok Ibu yang selama ini putranya cari tapi itu tidaklah mungkin.

"Ibu Jie selalu ada di dekat jie, di samping Jie dan selalu membangunkan Jie ketika waktu pagi tiba, membuatkan sarapan dan membatu Jie mengerjakan PR"

"Tapi itu Papa, Papa yang selalu di dekat jie, membangunkan Jie di pagi hari, membuatkan sarapa untuk Jie dan membatu Jie mengerjakan PR"

"Kalau begitu, papa juga Ibu Jie. Papa bisa jadi apa aja yang Jie inginkan"

Gelengan kecil dari Jiendra membuat Jaenar mengeryitkan dahinya. "Tidak Pa, sosok Ibu itu wanita"


Darah Jaenar berdesir hebat dan jantungnya seolah berhenti sesaat, bagaimana jika kedepannya nanti putranya tidak menerima sosok Ibu dalam dirinya?

"Sudah malam jagoan, tidurlah Papa akan menyusul" Jaenar tersenyum mengalihkan pembicaraan yang hanya membuatnya sakit.

"Semoga mimpi indah" ucap Jaenar menatap putranya yang berlari menaiki tangga dimana letak kamarnya berada.

"Apa yang Ayah bilang itu benar, membesarkan anak seorang diri tanpa sosok Ibu itu sangatlah berat" Jaenar menyandarkan punggungnya di sofa, menerawang masa lalu dimana ayahnya selalu bilang bahwa membesarkan anak seorang diri itu bukanlah muda.

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now