18

892 62 0
                                    

.

.

.

"Udah Papa sama Daddy aja perginya. Jie sama Charle"

Jaenar menghembuskan nafasnya lelah. Saat ini dirinya, Jiendra, Jovan dan juga Charle berada di halaman rumahnya.

Jovan datang kemari tadi niatnya untuk menjemput Jiendra dan Jaenar bersamaan, namun sih cempreng Charle sudah duluan berada di  rumah sang kekasih. Eak.

"Udah Om Jovan sama Om Nana aja, biar Charle sama Jiendra barengan. Lagian jarak perusahaan Om Nana kan jauh dari sekolah kita nanti telat loh kalian" charle berucap panjang lebar dan di beri acungan jempol oleh Jiendra di belakangnya.

"Ayo Jie kita berangkat. Bye Om Jovan, bye Om Jaenar." Ucap charle langsung menarik tangan Jiendra tanpa membiarkan pemuda itu berpamitan.

"Udah Na berangkat sana, udah siang loh ini. Nanti macet"

Yuda tadi ingin kekantor namun putranya yang satu lagi tidak mengijinkan karena Yuda Masi dalam pemulihan. Dan harus banyak istirahat di rumah.

"Nana gak jadi berangkat Yah, Ayah sama siapa nanti kalo Nana pigi"

Terlihat wajah khawatir pria manis di hadapannya membuat Jovan tersenyum menatap kearah Yuda.

"Ya udah kamu di sini aja Na. Jagain om Yuda, aku juga disini gak papa"

Menatap heran ke arah Jovan, Jaenar mengerutkan keningnya.

"Gua aja yang gk kerja, lagian Lo ngapain ikut-ikutan segala"

Ucapnya ketus memandang tidak suka kearah Jovan. Namun yang di tahap malah tersenyum membuat kedua matanya hilang seketika.

"Ya gak papa Na, kan calon mertua"

"Dih, sapa bilang!"

Menatap horor kearah Jovan yang masi tersenyum membuat Jaenar memijit pelipisnya, heran dengan pria dewasa ini.

"Udahlah, ayo masuk nak Jovan"

Yuda memotong pembicaraan putranya ini. Jika di biarkan maka mereka akan terus begini.

Menggerutu melihat Ayahnya yang mengajak Jovan masuk kedalam rumahnya tanpa seijin Jaenar.

Jika Jovan tidak bekerja bagaimana mau meluluhkan hati Jaenar. Dan jika perusahaan keluarga Renandra bangkrut Jaenar mau dikasih makan apa nanti. Dia tidak membayangkan bagaimana jika Jovan tidak punya uang dan dirinya harus hidup bergantung dengan Ayahnya. Jaenar bukan matre loh ya, hanya saja realistis. Y

"Om udah makan?"

Ucap Jovan Sekedar berbasa-basi karena tidak tau harus berkata apa.

"Udah, kamu udah makan?" Yuda balik bertanya dan dia angguki oleh Jovan.

"Emang lo gak papa gak kerja? Ntar Papa lo marah"

Terdengar ketus tapi ada makna tersirat dari ucapan Jaenar.

Jovan tersenyum sembari menggeleng menatap Jaenar.

"Enggak, Papa lagi di luar negri. Mau nikah"

Senyumnya tambah merekah mengingat bahwa keluarganya akan utuh lagi. Ya walaupun kedua saudaranya sudah pergi di kehidupannya masing-masing setidaknya Jovan akan merasa bahagia sekarang bisa merasakan apa yang saudaranya rasakan sebelumnya.

Beda halnya dengan Jovan yang terus tersenyum, Jaenar justru terkejut mendengarnya.

"Titip salam sama Papa kau. Semoga bisa menebus kesalahannya dulu"

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now