04

1.3K 90 0
                                    

HAI GAYS HAPPY READING🤗
KALAU GAK SUKA SAMA CERITA AKU BISA SKIP 🙏
MAAF TYPONYA BERTEBARAN 😭

Jovan bangun dari tidurnya sudah tidak menemukan Jaenar lagi di sana. "Jaenar kemana,? Habis di ewe langsung pergi buset" Jovan bangkit dari tidurnya dan bergegas kekamar mandi.

Di sisi lain Jaenar yang hanya diam di rumah miliknya. Usai kembali dari tempat Jovan dirinya langsung pulang, mandi dan berdiam diri di kasur miliknya."ternyata gak cuman cewek aja yang bisa di perkosa ternyata cowok juga" guman Jaenar sambil melihat bayangan dirinya yang terpantul di kaca kemari di kamarnya.

Dia jijik dengan Jovan dan juga dirinya, bohong kalau dia tidak menikmati sentuhan Jovan tadi malam. Dia bahkan tidak menolak saat Jovan berhasil memasukan barangnya kedalam miliknya, Sial.

"Na, kamu dah pulang?" Yuda membuka pintu kamar Jaenar dan melihat putranya yang sedang duduk berdiam diri. "Kata dejun kamu gak pulang?" Yuda duduk di samping jaenar dan mengelus surai hitam milik putranya.

Jaenar tersenyum atas perlakuan ayahnya. Dia memang tidak punya seorang ibu, tapi ayahnya saja sudah cukup untuk menjadi ibunya. "Pulang jam lima tadi kok yah, sempet nginep terus kebangun jadi pulang" Jaenar menyandarkan kepalanya ke bahu Yuda, dirinya sudah biasa seperti ini.

Menurut Yuda Jaenar adalah anaknya yang paling manja dan emosional,berbeda dengan dejun, Jaenar lebih suka meluk Ayahnya. Sedangkan dejun lebih suka di peluk karena dejun orangnya gengsian. "Kamu kenapa? Ada masalah?"

Jaenar menggelangkan kepalanya memejamkan matanya dan menikmati helusan halus ayahnya di surai miliknya.

Jovan mengaduk makanan yang ada di hadapannya sekarang nafsu makanya sudah hilang, saat ini dirinya lagi memikirkan Jaenar, "anjing lah" Marvel yang berada di samping Jovan memandang Jovan dengan penuh tanda tanya. "Lu kenapa?" Jovan tidak menjawab hanya mendengus kesal kepada Marvel.

"Kelas terakhir jam berapa vel?" Jovan bertanya kepada Marvel.

"Sekitar jam satu. Kenapa lu?"

"Bukan urusan lu" Marvel rasanya ingin memukul kepala Jovan saat ini juga.

"Btw tadi malam Lo gua tinggal, sory" Jovan tidak minat menjawab ucapan Marvel.

"Gua dapet kabar, ntar malem ada Jaenar di sirkuit, cuman dia gak ada jadwal sih" Jovan menaikan alisnya, kesempatan bagus buat dirinya bisa melihat Jaenar tanpa harus membuat alasan.

"Oke kita kesana ntar malem" Marvel menganggukkan kepalanya dan melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi, begitu juga dengan Jovan. 

Malam ini Jaenar dan ketiga temannya berada  di sirkuit yang biasa di pakai untuk balapan, namun malam ini dia hanya ingin menonton melepas penat dan stres.

"Oh ya na, tadi malam lo gak jadi nginep di rumah gue kemana?" Yasa menunggunya tadi malam namun yang di tunggu tidak kunjung datang.

"Gue di telpon ayah, dia nyariin dajun lupa bilang" Jaenar berbohong kepada Yasa, karena tidak mungkin juga dia berkata kenyataannya. Yasa yang mendengar hanya menganggukkan kepalanya.

"Eh na, bukannya itu Jovan sama temennya.? Bukannya ini malam kita gak ada jadwal ya?" Harry yang melihat Jovan duduk di sebrang jalan dan tepat di hadapan mereka. Jaenar yang mengikuti arah pandang Harry mengerutkan dahinya. Mungkin saja dia hanya kebetulan, dua juga tidak ingin membuat keributan di sini.

"Perasan gue doang atau apa sih, tuh anak ngeliatin lo aja na." Jaenar melihat lagi arah pandang Harry dan matanya bertubrukan dengan mata milik Jovan sampai beberapa detik Jaenar yang memutuskan untuk mengakhiri.

"Kayaknya demen tuh anak sama lo" Rendra yang merasakan hal yang sama dengan Harry mengucapkan hal itu begitu saja.

"Sebentar gua mau ketoilet dulu" Jaenar meninggalkan teman temannya yang sibuk membicarakan Jovan.

Saat selesai dari toilet Jaenar di kejutkan oleh Jovan yang sekarang berada di hadapannya dengan tidak tau malunya atas apa yang udah dia lakukan kepada Jaenar.

"Gue gak ada waktu, minggir" Jaenar mendorong tubuh tegap milik Jovan, namun Jovan enggan menggeser tubuhnya. Tenaga Jaenar tidak seimbang dengan besar badan milik Jovan.

"Gue minta maaf" Jaenar menghela  nafasnya sebelum bogeman mentah tepat mendarat di pelipis kanan milik Jovan. Tempat mereka sunyi tidak ada yang melihat jika keduanya berada di sini kecuali saat ada org yang ingin ke toilet.

Jovan menghapus darah yang menetes di pelipisnya. "Kalo lo emosi lo bisa pukul gue lagi na" Jovan Masi memandang Jaenar dengan wajah santai, berbeda dengan Jaenar, nafasnya sudah memburuh sedari ia  melihat Jovan.

"GUE HARAP LO GAK PERNAH MUNCUL DI HIDUP GUE LAGI ANJING!!" satu bogeman mengenai pelipis  kiri Jovan. 

Jaenar mengatur nafasnya dan maju mendekati Jovan, dan mengatakan. "Lo musuh gue dan gue musuh lo, tetep gitu lupain apa yang lo lakuin terhadap gue. Satu lagi lo jangan panggil gue 'Na' karena kita gak kenal" Jaenar mendorong bahu Jovan dengan jarinya.

"Lo gak bakal bisa lupain malam itu, Jaenar pradipta" Jaenar mengetarkan rahangnya dan pergi meninggalkan Jovan, kembali ke tempat dia dan temannya tadi.

"Ko lama na?" Yasa menunggunya sedari tadi, ingin menyusul namun di cekal oleh Rendra karena Jaenar mungkin sedang buang air besar.

"Ada anjing tadi" ucapnya sambil melihat ke depan di mana Jovan mendudukan bokongnya.

MAKASIH UDAH MAU BACA CERITA AKU, JANGAN LUPA PENCET BINTANG YA. MAKASIH 🥰

MAAF KALO BANYAK TYPONYA 🙏

Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now