Chapter Tiga Puluh

29.6K 2.6K 54
                                    


Pagi ini SMA Dharma Sakti digemparkan dengan kejadian langka yang sudah seperti keajaiban dunia. Bagaimana tidak? Seorang Alodie--the queen of badness--yang biasanya beraura suram dan tatapannya yang seperti hendak menelan orang hidup-hidup. Kini justru terlihat berbinar cerah dengan senyum tipis yang amat kentara di bibirnya.

Apakah matahari terbit dari sebelah barat?

Kayaknya udah mulai gila

Secara cintanya bertepuk sebelah tangan, pasti udah depresi gara-gara cinta nggak kesampaian..

Kasian, mana masih muda.

Raut wajah Alodie langsung berubah keruh. Suasana hatinya mendadak buruk saat mendengar bisik-bisik para murid disepanjang lorong. Ah, tidak bisa dikatakan berbisik karena nyatanya suara mereka sangat besar hingga dapat merusak paginya yang cerah.

Mulut-mulut sampah yang terus mengeluarkan aroma busuk. Tidakkah mereka menggunakan mulut dengan sebaik mungkin? Bukankah Tuhan terlalu baik pada orang-orang bermulut sampah itu? Sedangkan semesta terlalu kejam padanya dengan tidak membiarkan dirinya untuk bahagia walau hanya sekejap.

Untungnya, kejadian semalam membuat suasana hatinya kembali membaik. Tidak ada yang lebih membahagiakan saat ia bisa menggerakkan tubuhnya dengan indah diiringi sebuah melodi. Mimpi. Kadang Alodie melupakan bahwa dirinya pernah bermimpi. Setelah semua mimpi-mimpinya hancur berkeping-keping, Alodie sudah tidak pernah memimpikan apapun. Karena pada dasarnya ia ketakutan, takut jika mimpinya hanya menjadi sebuah angan semu yang tidak akan pernah diraihnya.

Namun, semalam ia benar-benar mendapatkan setitik cahaya kembali setelah berkubang dalam lubang hitam yang semakin lama menyedotnya masuk hingga membuatnya terperangkap.

Alter...

Laki-laki yang tanpa disadari mulai masuk ke dalam kehidupannya.

"Odie!"

Alodie memutar bola mata. Siapa lagi yang hobi berteriak jika bukan Gaby. Si pelaku utama yang kini bergelayut manja di lengannya seperti lem.

"Ya ampun, hari ini gue seneng banget. Karena hari ini nggak ada PR! Jadi, gue bisa santai semalaman sambil nonton drama."

"Pantes."

"Hah?"

"Pantes hidup lo banyak drama," ujar Alodie seraya menyentak lengan Gaby dan berlalu meninggalkan gadis itu yang sudah mencak-mencak.

"Odie! Kok jahat sih!"

"Gue bener-bener nggak like!" teriak Gaby tanpa sadar jika dirinya sudah mendapatkan tatapan sinis dari beberapa siswa.

"Apa lo liat-liat?! Benerin dulu tuh muka! Biar lo semua sadar, kalo yang kalian semua masih di bawah Alodie!"

Gaby langsung berlari mengejar Alodie seraya berteriak memanggil gadis itu. Begitulah Gaby, ia memiliki caranya sendiri untuk membela Alodie. Meskipun Gaby tahu jika Alodie tidak membutuhkan pembelaan darinya. Namun, Gaby tahu seberapa sakit hati sahabatnya itu yang selalu dianggap buruk. Seolah-olah hanya Alodie lah manusia yang paling buruk.

"Hosh ... hosh, duh capek banget. Odie lo jalannya cepet banget sih," gerutu Gaby seraya mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

"Makanya olahraga."

"Iyah deh yang sering olahraga sama abang. Emang dasar kalian maniak olahraga!" sewot Gaby.

Alodie terkekeh dan menepuk-nepuk pundak Gaby. Ia tahu jika Gaby itu cemburu jika melihatnya bersama dengan kakaknya. Karena keduanya akan asik sendiri dan melupakan keberadaan gadis itu. Gaby tidak suka jika kakaknya meracuni pikiran-pikiran Alodie untuk membullynya seperti yang selama ini kakaknya lakukan. Gaby bahkan merasa jika sebenarnya adik kakaknya itu adalah Alodie, bukan dirinya.

Alodie: The Queen Of Badness (END)Where stories live. Discover now