Chapter Sembilan

36.9K 3.1K 24
                                    

Alodie tersentak saat iris hitam milik laki-laki itu beradu pandang dengan iris abu-abu miliknya. Akan tetapi, ia lantas tidak mengalihkan pandangan. Justru gadis itu semakin memusatkan pandangannya ke dalam iris milik laki-laki itu. Sayangnya, ia tidak bisa membaca sorot mata hitam itu yang nampak seperti softlens.

Sama halnya dengan Alodie, Alter pun enggan mengalihkan pandangannya dari iris abu-abu milik Alodie. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya karena Alodie yang ia pikir tidak akan kuat jika bertatapan dengan mata tajamnya seperti orang lain justru semakin menantangnya lewat sorot matanya.

"Oh my god! Apa gue perlu cek mata?? Kayaknya mata gue bermasalah, mana mungkin seorang Alter ngeliat ke arah kita," ucap Gaby heboh dan dengan percaya dirinya mengedipkan mata ke arah Alter tetapi tidak ada respon dari laki-laki itu yang masih dengan raut wajah yang sama, datar.

Gaby yang tidak juga mendapatkan respon dari sahabatnya itu hanya menghela nafas kesal dan siap mengeluarkan suara toanya tetapi langsung menganga lebar saat melihat Alodie yang ternyata menjadi pusat dari tatapan milik Alterio.

Oke. Gaby tidak akan seheboh itu jika sosok itu bukan Alter. Hello! Ini A.l.t.e.r, Alter--siswa paling misterius, cuek, dan anti-sosial. Bahkan, keberadaannya saja jarang terlihat.

Gaby menopang dagunya menatap Alodie dan Alter yang saling bertatapan dan tidak kunjung berhenti, sampai gadis itu mengerucutkan bibirnya karena kebosanan.

"Odie!" sentak Gaby sambil menepuk bahu Alodie dengan kencang membuat gadis itu tersadar dan menatap Gaby dengan tatapan malas.

"Apa?"

"Mending langsung lo samperin, daripada lo pelototin sampe mata lo mau keluar."

"Siapa?" tanya Alodie bingung.

"Siapa lagi kalau bukan Alterio."

"Gue? Samperin dia? Ogah!"

"Aduhh Odie cantik tapi masih kalah cantik dari gue. Bukannya lo bilang kalo cuma dia yang bisa bantu lo ikut olimpiade kan? Tapi dia nolak kan?"

Alodie memutar bola mata malas mendengar Gaby yang memuji dirinya sendiri tetapi akhirnya mengangguk saat pertanyaan terakhir sahabatnya itu.

"Nahh, satu-satunya cara supaya dia mau yah lo deketin si Alter itu. Karena setau gue Alter itu ansos banget dan keras kepala, sama kayak lo!"

Alodie mendelik, "Sotoy!"

"Udah cepet samperin dan bikin dia tergila-gila sama lo," ucap Gaby sambil menarik lengan Alodie dan tanpa dosa mendorong-dorong bahu Alodie.

"Mau gue patahin tangan lo? Nggak usah pake dorong-dorong! Gue masih bisa jalan pake kaki," sewot Alodie.

"Galak banget jadi cewek, pantes jomblo," ucap Gaby pelan

Alodie melotot, "Apa lo bilang?"

Gaby hanya cengengesan dan mengangkat jari tangan membentuk V dan mendapatkan tatapan sinis dari Alodie. Dasar saja Gaby itu tidak tahu diri dan over narsis.

Alodie menghela nafas dan mulai melangkahkan kakinya ke arah Alterio, gadis itu menghiraukan segala jenis tatapan orang-orang yang berada di kantin. Gadis itu mencibir dalam hati melihat orang-orang yang selalu ingin tahu urusannya.

Tiba-tiba rasa sesak menjalar aliran darahnya sampai ke ulu hati, hingga rasanya bernafas pun ia sulit ketika melihat dua orang yang begitu terlihat bahagia seolah dunia hanya milik berdua. Andra dan Dinar.

Alodie: The Queen Of Badness (END)Where stories live. Discover now