Chapter Enam

40.6K 3.2K 55
                                    

"Denger yah, ada yang bilang kalau lo ketemu sama orang tanpa sengaja sampe tiga kali berarti kalian jodoh."

***

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun, Alodie sudah memasukkan peralatan sekolahnya dengan terburu-buru. Hal itu justru menimbulkan tanya dibenak teman-teman sekelasnya. Terutama Gaby.

"Die, kok buru-buru banget--pulpen gue jangan lo embat juga kali!" ucap Gaby heran dan histeris saat Alodie memasukkan buku-bukunya dengan terburu-buru bahkan pulpen miliknya juga menjadi sasaran Alodie.

Alodie memutar bola mata malas,"Gue mau ke ruang guru. Elahh pulpen butut doang, tuh gue nggak butuh!" ucap Alodie dengan membanting pulpen milik Gaby di atas meja.

Untung saja Gaby itu penyabar. Jadi ia tidak mempermasalahkan Alodie yang dengan teganya membanting pulpen kesayangannya yang ia rawat dan besarkan seperti anak sendiri.

"Meskipun butut, nih pulpen pemegang rekor paling lama yaitu satu minggu nggak ada yang nyolong. Lo tau sendiri kan, dari SD sampai sekarang gue ke sekolah bawa pulpen 3 dan setiap pulang pasti raib entah kemana, kalau nggak tuh pulpen isinya ditukar sama yang kosong," ucap Gaby dengan tak melupakan sesi curhat.

"Mampus lo, makanya jangan sok kaya ke sekolah bawa pulpen banyak pulang juga lo miskin. Lagian mana mau orang nyolong pulpen butut!" ujar Alodie dengan mengejek.

Gaby langsung mendengus kesal mendengar ucapan Alodie yang sangat benar-benar menyakitkan. Pastilah pulpennya itu bersedih karena sudah dibanting oleh Alodie, dihina pula.

"Heh! Kasian pulpen gue. Udah lo banting, malah lo hina juga. Lo emang nggak punya hati," kesal Gaby.

"Whatever. Antara pulpen lo sama gue, justru yang lebih nggak punya hati itu pulpen lo."

Gaby langsung mengangguk, "Oh iyah juga. Pulpen gue kan nggak punya hati. Kayaknya gue perlu minta bokap buat beliin hati buat pulpen gue."

Alodie berdecak, "Sinting yang ada bokap lo! Punya anak nggak ngotak."

"Biarin. Yang penting cantik," ucap Gaby dengan centil.

Harusnya Alodie mempertanyakan dirinya, masih bisa waras kah jika memiliki teman seperti Gaby?

Dengan langkah cepat, Alodie menyusuri koridor sekolah diikuti oleh Gaby yang mengekor di belakangnya. Karena langkahnya yang begitu tergesa-gesa, Alodie beberapa kali menabrak orang dan tidak meminta maaf justru orang yang ditabraknya itu ia bentak. Namun, siapa yang berani protes jika tidak ingin menjadi sasaran pasien VIP rumah sakit atau VIP kuburan.

"Heh! Kalau jalan liat-liat dong!" bentak Alodie yang tentu saja membuat orang yang menabraknya itu ketakutan.

"Die, gue capek lo jalannya cepet banget. Kayak takut kehabisan sembako gratis," protes Gaby yang kelelahan menyeimbangi langkah Alodie.

Gaby benar-benar heran. Padahal antara dirinya dan Alodie, tinggi badan keduanya jelas berbeda lumayan jauh. Alodie itu tipikal gadis bertubuh mungil dan bodynya sebelas duabelas dengan gitar Spanyol. Sedangkan Gaby itu tinggi tapi kurus, tipikal tiang listrik.

Alodie: The Queen Of Badness (END)Where stories live. Discover now