Chapter Tiga Puluh Tujuh

22.1K 2.2K 110
                                    


"Ck. Muka cantik emang nggak jamin kelakuan yang ternyata kayak lont*."

Alodie menghentikan langkahnya, namun ia hanya melirik sekilas seorang siswi yang merupakan temen baik Dinar. Entah teman baik, atau teman bermuka dua. Jelas saja gadis itu selalu mencari gara-gara dengannya, padahal ia tidak pernah menyenggol gadis itu apalagi sekarang ia sudah tidak pernah mengusik Dinar dan Andra.

Alodie hanya ingin fokus pada olimpiade yang akan dilaksanakan beberapa Minggu lagi. Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengikuti olimpiade karena sebentar lagi dirinya akan naik kelas 12 dan fokus pada ujian kelulusan.

"Dasar pelakor! Sombong, sok cantik pula."

"Dini, ssstt ... nggak boleh gitu," tegur Dinar yang baru saja datang dan menghampiri salah satu sahabatnya.

"Yang Nini bilang kan bener, Nar."

"Hooh, Alodie kan emang cantik," timpal seorang gadis dengan wajah lugu.

"Andin!!"

"O-odie, maafin Nini yah. Jangan marah sama dia," ujar Dinar dengan menatap Alodie takut.

What the hell! Apa-apaan ini! Ia bahkan merasa tidak melakukan apapun, akan tetapi mengapa Dinar selalu saja mencari perkara dengannya. Bahkan semua orang sudah melihat ke arah mereka lebih tepatnya pada Alodie dan menatapnya dengan sinis, seolah dirinya telah melakukan dosa besar.

Bukankah dirinya tidak melakukan apapun? Justru Dinar dan antek-anteknya lah yang datang dan mengusik ketenangannya di pagi hari. Ayolah, Alodie tidak sedang dalam mood yang baik.

"Odie!"

"Wah, wah. Apa-apaan ini? Mainnya keroyokan," ucap Gaby yang tiba-tiba datang dan merangkul bahu Alodie dengan santai.

Gaby menatap sinis kedua teman Dinar dan tentunya menatap Dinar dengan sorot kebencian. Gaby adalah tipikal orang yang bisa sangat mencintai dan sangat membenci seseorang. Dalam artian, dia bisa sangat mencintai seseorang tapi juga bisa sangat membenci. Salah satunya pada Dinar dan kawan-kawannya.

Pertama kali Gaby melihat Dinar, ia sudah tidak suka pada gadis itu. Hidupnya sudah sering dikelilingi orang-orang yang bermuka dua. Jadi, ia bisa menebak sifat dan karakter Dinar. Terlebih lagi saat ia tahu jika Dinar bersitegang dengan Alodie, Gaby semakin membenci gadis itu. Dinar itu benar-benar benalu dan perebut kebahagiaan Alodie. Untuk itulah Gaby sangat membenci Dinar dengan sepenuh hatinya.

Kedua gadis yang sedari tadi merundung Alodie itu lantas menatap Gaby dengan tidak suka. Terlihat jika keduanya penuh dengan kedengkian. Sedangkan satunya hanya menatap Gaby dengan polos. Andin, Dini, Nini dan Dinar. Rasanya Gaby ingin menertawakan mereka karena nama mereka hampir-hampir mirip, orang tua mereka benar-benar tidak kreatif.

"Eh ada rambut jagung. Mau jadi pahlawan kesiangan?"

Gaby melotot. Rambut pirang indahnya baru saja dikatai sebagai rambut jagung. Hell! Apa ia tidak salah dengar? Bahkan perawatan rambutnya bahkan lebih mahal daripada harga diri mereka. Manusia-manusia sok suci. Cih!

"Apa lo bilang? Emang yah kalo udah nenek-nenek suka rabun matanya. Rambut indah gue dikatain rambut jagung."

Kali ini gadis yang dipanggil Nini itu yang melotot. Ia tidak terima dikatai sebagai nenek-nenek. Meskipun namanya memang aneh, Nini.

"Kamu ngatain aku nenek-nenek?"

"Iyah, kenapa? Lo nggak terima? Sini baku hantam sama gue," tukas Gaby dengan raut menantang bahkan gadis itu hendak menggulung kedua lengan bajunya sampai pundak.

"Gab--"

"Misi. Gue ada perlu sama Alodie, dipanggil Bu Mulya ke ruangannya," sela seseorang yang sudah mendaratkan lengannya di bahu Alodie.

Jika kalian pikir itu Alter. Maka jawabannya salah!

Laki-laki itu hanya berdiri di ujung lorong dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia hanya bisa berdecak saat melihat tangan Azka yang dengan kurang ajarnya bertengger manis di bahu gadisnya.

Alter hanya menyuruh Azka untuk menghampiri Alodie dan menghentikan kemungkinan buruk seperti pertengkaran yang akan terjadi di antara mereka, bukan justru modus pada Alodie. Sepertinya ia akan membuat perhitungan dengan Azka.

"Lo siapa?" Nini bertanya dengan sinis diikuti tatapan penasaran dari Dinar, Andin, dan Dini.

Azka mengusap poninya dengan gaya tengil, "Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?"

Gaby sudah menahan muntah melihat kelakuan sok kegantengan milik Azka. Yah saja kalau ganteng, ini tidak. Sedangkan Alodie memutar bola mata jengah. Ia sudah biasa dengan kelakuan Azka yang begini.

"Ihh gak jelas banget lo."

"Udah, Ni. Kita pergi aja," ajak Dinar yang segera menarik lengan Nini diikuti oleh Andin dan Dini.

"Hush hush! Sana lo pada pergi! Kalau perlu ke neraka sekalian!" usir Gaby.

"Gimana? Keren kan gue?" tanya Azka sesaat setelah Dinar dan kawan-kawannya pergi.

Plak

"Keren pala lo! Nggak usah modus lo." Alter menggeplak tangan Azka yang bertengger di bahu Alodie.

"Eh, Alter."

"Mampus! Pawangnya galak," ledek Gaby pada Azka.

"Diem lo rambut jagung!"

"Heh, kampret! Apa lo bilang?!" bentak Gaby kesal.

"Rambut jagung, wleekk!"

"Azkaa!" teriak Gaby murka seraya mengejar Azka yang sudah melarikan diri dari amukan Gaby.

Alodie hanya tertawa melihat kelakuan keduanya. Sedangkan Alter menatap Alodie dengan lekat. Gadis itu nampak sangat cantik saat tertawa lepas.

"Gue tau gue cantik, tapi nggak usah sampe terpesona juga," tukas Alodie.

"Iya, cantik," ujar Alter dengan tatapan tajamnya.

Niat hati hanya ingin menggoda Alter, Alodie justru dibuat salah tingkah dengan kata-kata dan juga tatapan Alter. Tatapan Alter itu benar-benar sangat berbahaya bagi kesehatan jantungnya.

Help me, please!

Alodie langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Hal ini membuat Alter terkekeh melihat tingkahnya.

"Ayo," ucap Alter seraya mengacak rambut Alodie.

"Kemana?" tanya Alodie dengan tatapan heran.

"Maunya sih ke KUA," ujar Alter dengan cengirannya yang membuat Alodie melotot.

"Alter!" seru Alodie kesal.

Alter tertawa hingga membuat Alodie memukul lengannya berkali-kali. Bukannya berhenti, Alter justru semakin terbahak-bahak.

"Nggak usah becanda!"

"Oh, maunya serius? Yuk!"

Alodie kembali melotot.

"Ke ruangan bu Mulya maksudnya."

Alodie bernafas lega. Namun, kenapa di sudut hatinya seperti ada yang retak. Tidak mungkin kan jika ia mulai berharap pada Alter?

Alodie hanya tidak ingin berharap pada orang lain. Karena jika itu tidak sesuai dengan ekspektasinya, rasanya akan lebih menyakitkan.

Bersambung...

Akhirnya bisa up jugaa huhu...

Makasih yang udah nunggu aku update 🤍♥️



Alodie: The Queen Of Badness (END)Where stories live. Discover now