Chapter Lima Puluh Empat

13.3K 816 32
                                    

"Gue jadian sama Alter."

Satu kalimat yang dapat mengawali teriakan super membahana milik Gaby.

"Aaa! Congrats, Beb."

"Akhirnya kalian jadian juga. Emang kalian berdua tuh cocok banget, couple goal. Blabla ...."

Alodie hanya menanggapi celotehan Gaby dengan anggukan dan juga kalimat pendek. Namun, raut wajahnya tidak dapat membohongi siapapun jika Alodie saat ini tengah bahagia.

Gadis dingin yang terkenal galak dan kejam itu kini terlihat malu-malu dengan rona merah di kedua pipinya saat Gaby yang menyinggung mengenai hubungannya yang baru berjalan beberapa jam dengan Alter.

Alter adalah kekasih pertamanya. Meskipun laki-laki itu bukanlah sosok cinta pertamanya. Namun, Alter seolah memberikan warna baru di hidup Alodie. Cinta bertepuk sebelah tangan, tak dianggap, dan tak dihargai keberadaannya membuat Alodie selalu mempertanyakan dirinya sendiri. Kapan ia dicintai? Apakah ia tidak pantas untuk dicintai?

Yah. Terkadang Alodie berkecil hati, merasa jika dirinya memang tidak pantas dicintai. Ia tidak mendapatkan cinta dari keluarganya, lalu ia harus kembali menelan pahitnya cinta seorang diri. Sesakit itu.

Namun, Alter hadir dalam hidupnya. Alter, laki-laki yang tak pernah Alodie duga. Bukankah skenario Tuhan itu luar biasa? Takdir dan semesta yang mengejutkan.

"Pokoknya sepulang dari Italia, lo sama Alter harus traktir kita! Ngga mau tau! Pajak jadian!" seru Gaby heboh.

"Bener! Kita porotin Alter. Anak sultan mah duitnya banyak," timpal Azka yang tiba-tiba saja duduk di samping Gaby dan masuk frame di antara keduanya yang tengah video call.

"Ish! Ngapain sih ikutan! Minggir ga lo!"

"Pelit amat. Gue kan juga mau denger kabar bahagia dari best friend kita."

"Tapi ga usah mepet-mepet sama gue juga! Lo suka sama gue?"

Azka membulatkan matanya, lantas mendengus. "Anjir, se-kelas Maudy Ayunda lu kepedean gitu?"

"Oh iyah dong," ujar Gaby seraya mengibaskan rambutnya yang langsung mengenai Azka hingga laki-laki itu ngomel-ngomel.

"Kek rambut lo wangi aja. Bau busuk bege!"

"Wah, kurang ajar yah lo!"

Alodie hanya menggelengkan kepalanya, ujungnya ia yang menonton pertengkaran Gaby dengan Azka. Padahal keduanya tengah berada di kantin sekolah yang ramai. Namun, bisa-bisanya mereka bertengkar dan tidak memperdulikan sekitar. Tidak mempunyai urat malu memang sudah sangat melekat di antara keduanya.

"Buset itu kucing garong sama tikus berantem mulu. Ngalah-ngalahin Tom and Jerry," celetuk Kenzo seraya melewati Alodie dengan se-toples kookies dipelukannya.

"DIEM!"

Kenzo mengusap dadanya beberapa kali. Untung ia sabar, tampan dan rupawan. Memiliki teman-teman yang tidak ada sopan-sopannya padahal ia lebih tua dari mereka.

"Yaudah, Odie gue mau masuk kelas dulu. Bye bye sayang akohh."

"Huekk, jijayy."

Alodie terkekeh seraya mematikan panggilan video dari Gaby yang sibuk bertengkar dengan Azka. Gadis itu memang melakukan panggilan saat jam istirahat sekolah sehingga ia bersama Azka. Sedangkan waktu Italia sudah masuk sore hari. Itu sebabnya Kenzo sudah sibuk dengan cemilannya. Yah, meskipun laki-laki itu memang selalu mengeluh lapar hingga keberadaannya di rumah Alter hanya untuk menjarah makanan di dapur.

Alodie menikmati tehnya seraya menatap taman bunga. Hingga gadis itu tidak menyadari kedatangan Alter.

Cup

Alodie: The Queen Of Badness (END)Where stories live. Discover now