Chapter Tiga Puluh Empat

21.3K 2.1K 118
                                    

"No!"

"Ayo lah Odie. Please ...," bujuk Gaby dengan wajah memelas.

Alodie berdecak kesal. Gaby benar-benar membuatnya kesal setengah mati. Setelah menjadikan dirinya asisten rumah tangga mendadak dengan membereskan semua kekacauan yang telah dibuatnya, sedangkan si perusuh justru asik bersolek. Sekarang, ia menjadi sasaran tangan lihai Gaby dalam berhias diri. Yah, gadis berambut pirang ini sudah bersiap menjadi MUA untuk Alodie.

"Jauh-jauh dari gue!" teriak Alodie seraya menodong Gaby dengan telunjukknya. Jangan lupakan juga raut wajah gadis itu yang sudah seperti ingin menelan orang hidup-hidup, apalagi jika bukan orang di depannya.

"Hmm, Odie. Masa lo biarin gue pergi sendiri? Mana nanti ada party sama pesta dansa. Huaa, kan malu sama mantan," ujar Gaby dengan dramatis.

Alodie berdecak, "Dasar oon! Kalau nggak mau malu, ajak cowok! Kenapa aja gue?"

"Ihh, masalahnya gue nggak ada cowok! Lo tau kan gue lagi males pdkt, soalnya cowok sekarang tuh sama aja!"

"Sewa kek."

"Ide bagus!" ujar Gaby tersenyum senang, "Anjir! Tapi ini udah h- berapa jam huhu."

Gaby terlihat semakin frustasi. Demi apapun ia benar-benar tidak siap bertemu dengan mantan terakhirnya. Pasti mantannya itu akan menertawakan dirinya jika ia pergi sendiri, sudah dipastikan statusnya sebagai jomblo akan dinistakan.

"Yaudah, tinggal cari aja cowok di sana."

"Yeh, ngomong sih gampang."

Alodie hanya menggedikkan bahunya acuh. Ia sudah cukup lelah menghadapi kelakuan Gaby. Akhirnya, mau tak mau Alodie mengikuti kemauan Gaby.

Ia hanya bisa pasrah ketika wajahnya ditempeli berbagai macam jenis make-up yang ia tidak tahu namanya. Alodie itu hanya tahu belajar dan belajar. Ia lebih hafal rumus-rumus dibandingkan jenis-jenis make-up.

"Selesai!" teriak Gaby setelah menyelesaikan hasil tangannya yang ajaib di wajah Alodie.

"Anjir, cakep banget! Odie, keknya lo tuh datang paling awal waktu antri pembagian muka cakep. Iri banget gue," tukas Gaby yang menurut Alodie begitu hiperbola.

"Cakep sih, tapi sayang mata lo buta buat liat laki-laki lain sampe stuck di satu cowok brengsek. Kalo gue jadi lo, udah gue gebet semua cowok cakep di sekolah. Nyari sugar daddy aja gue sanggup."

Alodie mendengus, "Otak lo!"

Memang Tuhan itu maha adil, memberikan paras cantik bak Dewi Yunani pada sosok Alodie yang dingin, ketus, judes, dan galak. Bayangkan jika wajah itu milik Gaby. Sudah dipastikan ia akan menyalahgunakan wajah itu dengan ide-ide anehnya.

"Ck. Gue lebih butuh duit daripada cinta. Dikata kenyang makan cinta."

"Sorry, duit gue udah banyak," ujar Alodie dengan raut wajah datar.

"Sombong amat! Liat aja nanti, gue bakalan jadi rich aunty."

"Preett."

"Kentut lu bau!"

***

"Buset, ini acara sweet seventeen apa acara pemakaman? Mantan gue emang seleranya jelek," celetuk Gaby seraya melihat sekelilingnya.

Alodie hanya memutar bola mata. Gaby sepertinya sangat dendam dengan mantannya itu. Ia tak hentinya mengomentari acara ulang tahun mantannya tersebut, entah dari dresscode, bahkan dekorasi gedung. Ia tak ubahnya seorang komentator dipertandingan sepak bola.

Alodie: The Queen Of Badness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang