03. Hukuman

1K 135 15
                                    

Aksa kini berjalan menyusuri koridor, ia tidak sendirian, melainkan bersama seorang cewek berseragam ketat yang tengah ia gandeng.

"Sayang, kamu udah nggak ada apa-apa lagi kan sama Shael adik kelas ingusan?" tanya Cilla. Mereka masih setia bergandengan sepanjang perjalanan.

Aksa menghentikan langkahnya, ia menatap Cilla, "Ya nggak dong. Kan aku cintanya sama kamu," tutur Aksa meyakinkan.

Cilla tersenyum lebar, "Ihhh so sweet banget, makasih yaaa. Aku juga sayang sama kamu,"

Aksa mengangkat salah satu sudut bibirnya membentuk senyuman remeh, cowok itu mengusap pelan kepala Cilla.

"Pede amat. Aslinya bukan lo doang kali haha," Aksa tertawa dalam hati.

Menurut Aksa, cinta adalah permainan. Tidak ada yang serius di dalam permainan, Aksa menganggap bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya cinta sejati. Semuanya akan pergi ketika mendapatkan yang baru, contohnya ayah dan ibu Aksa.

Di arah berlawanan, Tara sedang menuju ke ruang kelasnya bersama Shael. Aura menyeramkan menyeruak sepanjang koridor, sepasang mata elang Tara kemudian menangkap Aksa sedang bersama seorang gadis bermake up menor disebelahnya.

Tara menatap Aksa dengan raut datar tanpa ekspresi dan menahan dirinya untuk tidak menendang kedua orang itu ke angkasa. Shael yang berdiri disebelah Tara hanya diam dan menunduk, tidak ada ketertarikan melihat Aksa lagi.

"Woi, lo Shael ya?!!" pekik Cilla.

Tara dan Shael berhenti, kemudian berbalik badan. "Iya, ini yang disebelah gue Shael. Kenapa?" suara Tara menggema di koridor. Suasana masih sepi pagi itu, belum banyak yang berangkat karena waktu masih menunjukan sangat pagi.

Cilla bergegas menghampiri Shael. Gadis itu kemudian menjengut salah satu kunciran Shael dengan kasar.

"Heh anak kecil!" bentak Cilla.

Tarikan pada surainya membuat Shael menoleh ke arah Cilla. Ia sangat mengenal cewek dihadapannya yang merupakan pacar baru Aksa setelah Shael putus dengan sang mantan. "M-maaf kenapa ya, Kak? Aku udah nggak ada hubungan apa-apa lagi sama Aksa,"

Cilla berdecih, masih senantiasa menarik kunciran rambut Shael, "Nggak apa-apa sih. Gue cuma mau tekanin sekali lagi, kalo lo nggak pantes pacaran sama Aksa! Denger ya, Aksa itu cuma cinta sama gue dan adek kelas tampang jablay murahan kaya lo itu—"

BUGH!!

Belum sempat Cilla menyelesaikan ucapannya, Tara bertindak menendang perut Cilla sekencang mungkin hingga tubuh cewek tersebut menabrak tembok lalu tersungkur di lantai putih koridor.

"Kurang ajar!" Tara menampilkan mimik muka sadis, ia mendekat kepada Cilla dan menarik rambut gadis menor itu.

"Mulut sampah lo nggak pantes ngatain adek gue!"

Cilla tersentak, belum reda nyeri diperutnya menghilang, sekarang malah rambutnya yang dijambak, "Lepasin anjing! Gue gak ada urusan sama lo, gue cuma ada urusan sama Shael sialan itu," tuding Cilla menunjuk Shael.

Darah Tara semakin mendidih, ia menguatkan jambakannya di rambut Cilla. "Gue kakaknya, urusan Shael ya urusan gue juga! Lo ngatain dia murahan kan? Yang sebenernya murahan itu lo! Ngaca bisa nggak sih?"

Aksa maju tidak tinggal diam, ia memukul Tara menggunakan gelondongan kayu lumayan besar yang tergeletak di tidak jauh dari sana. Tubuh Tara bergetar hebat lantaran berusaha menahan sakit yang menyerang punggungnya.

"KAK TARA!" pekik Shael, ia menutup mulutnya tidak percaya karena Aksa bisa sekejam itu memukul Tara dengan sebuah kayu.

Tara menyeringai, melepas tangannya dari rambut Cilla. Banyak rambut rontok yang tertinggal dijari jemari Tara karena saking kuatnya ia menjambak Cilla.

DEWANGGA Where stories live. Discover now