24. Milik Saya

767 83 6
                                    

Hai :3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai :3

***

Adam memukul bangku mobil dengan kencang, melampiaskan emosinya karena lamaran yang ia bawa ditolak oleh Tara. Wajahnya memerah dan giginya bergemeletuk menahan amarah.

"Udah sayang, kamu nggak usah khawatir. Kita lagi menuju rumah Aksa, untuk memaksa dia agar putus dengan Tara." ujar Veyla seraya mengelus punggung Adam agar anaknya menjadi lebih tenang.

"GIMANA CARANYA?!" sentak Adam, ia menatap ibunya tajam. "Kak Tara udah bikin aku malu, karena dikalahin sama dia. Gimana kalo aku juga ngalamin kejadian yang sama di rumah Aksa."

Damian yang sedang menyetir pun mendongak pada kaca dibagian atas mobil, untuk melihat keadaan istri dan anaknya yang sedang bertengkar dibelakangnya.

"Kali ini, papa nggak bakal biarin kamu gagal. Aksa akan kita ancam dengan segala cara, walaupun dengan nyakitin orang terdekatnya." tutur Damian.

"Papa nggak akan ngelukain Kak Tara kan?"

Damian menggeleng tegas, "Tidak, bagaimana bisa Papa melukai gadis yang sangat kamu cintai."

Adam akhirnya tersenyum lega, ayahnya memang bisa diandalkan. Dari dulu, jika Veyla tidak bisa menuruti keinginan Adam, maka Damian lah yang akan membuat keinginannya menjadi kenyataan. Apapun caranya.

Hingga akhirnya mobil mereka masuk ke dalam sebuah komplek perumahan, napas Veyla tercekat secara tiba-tiba melihat suasana yang seperti tidak asing di penglihatannya.

Veyla semakin yakin dengan jalan yang ditempuh oleh Damian, bahwa mobil mereka menuju sebuah rumah megah yang berada didekat ujung jalan. Veyla berharap, dugaannya tidaklah benar. Jika hal tersebut terjadi, dipastikan semuanya akan menjadi sangat kacau.

***

Aksa melangkah memasuki ruang tamu rumah lamanya, bayangan kenangan suram tentang masa kecilnya kembali hadir dibenak Aksa. Ia masih ingat kala ibunya membawa seorang bayi mungil dan berpamitan untuk pergi jauh.

Sejak saat itu, Aksa tumbuh menjadi remaja yang kekurangan kasih sayang orang tua.

Ia berharap, Tara akan menjadi pelengkap kebahagiaannya. Tidak peduli nanti takdir berkata apa, Aksa akan terus mempertahankan pernikahan yang berawal dari perjodohan aneh ini. Aksa sudah berjanji kepada dirinya sendiri, agar tidak kehilangan Tara lagi untuk kedua kalinya.

"Papa kenapa manggil Aksa?" tanya Aksa seraya duduk di bangku sofa.

Alfredo tersenyum tipis, menatap putranya yang sudah dua bulan terakhir tidak menemui dirinya. "Mau langsung ke inti aja emangnya? Nggak mau ngobrol santai dulu gitu?"

DEWANGGA Where stories live. Discover now