20. Terkejut

550 65 13
                                    

"Hah, jadi maksudnya, Nakula akan menikah dengan Shael?" ujar Tara. Rautnya nampak terkejut mendengar bahwa Wijaya dan Elsa akan menikahkan Nakula dengan Shael.

Wijaya tertunduk lesu, sesekali nafas gusar terdengar dari mulutnya. "Papa terpaksa ngelakuin ini, papa juga nggak bisa berbuat apa-apa. Shael hanya korban dari Elang. Beruntung, ada Nakula yang mau bertanggung jawab atas kandungan Shael."

"Benar, setelah Shael menikah nanti, dia mungkin akan homeschooling dan kita bakal penjarain Elang dengan sistem keamanan lebih kuat agar tidak bisa ditebus oleh uang," timpal Elsa menyetujui seraya mengelus surai rambut Shael yang berada disampingnya.

"Kapan? Kapan Elang ngelakuin perbuatan bejat itu ke Shael? Kenapa aku nggak pernah tau?" tanya Tara beruntun. Ia masih tidak habis pikir dengan keadaan Shael saat ini yang tengah hamil diluar nikah.

Alhasil, Aksa pun sama terkejutnya dengan Tara, ternyata Elang yang ia kenal sebagai adik kelas penuh prestasi tidak lebih dari seorang cowok brengsek.

Elsa menggapai jemari Tara untuk digenggam, "Maaf, Tara. Mama sama Papa nggak pernah kasih tau hal ini ke kamu, karena kejadiannya waktu kamu masih di London. Kita nggak mau pendidikan kamu jadi terganggu karena mikirin Shael,"

Disisi lain, Aksa menatap Nakula tajam, ia menghampiri temannya tersebut dan menarik paksa Nakula ke luar rumah.

"Mama, Papa, sebentar ya. Mungkin ada yang mau Aksa omongin sama Nakula." ucap Tara. Ia menyusul Aksa dan Nakula ke luar rumah bersama Shael dibelakangnya.

Nakula menepis cekalan Aksa di lengannya, "Lo kenapa sih, Sa? Nggak usah tarik-tarik,"

"Yang bener aje hah??? Lo jadi adik ipar gue??" Aksa melotot tidak percaya, ia menoyor kepala Nakula kencang.

Nakula meringis saat kepalanya ditoyor, "Sakit kepala gue! Iya gue jadi adik ipar lo, nikah sama mantan lo sendiri."

"Gue nggak masalah lo mau nikah sama siapa, tapi kenapa harus jadi adik ipar gue? Kan gue jadinya kek HAH!!"

Shael mendekat, ia berusaha menjadi penengah diantara mereka. Karena, Shael berpikir Aksa dan Nakula sedang bertengkar. "Udah-udah, Kak. Jangan berantem lagi. Aku tau Kak Aksa nggak ikhlas aku menikah sama yang lain, kan?"

Aksa menautkan kedua alisnya, "Siapa yang berantem? Gue bercandaan sama Nakula emang begini."

"Kalo soal ikhlas nggak ikhlas ya gue ikhlas lah! Gue bahagia malah kalo Nakula jadi adik ipar gue." tambahnya.

Shael mengembus napas pelan, "Udah lah, Kak Aksa. Ikhlasin aku sama Kak Nakula ya? Jangan nyimpen rasa cemburu gitu."

"Cemburu darimananya sih, Juminten? Nggak jelas lo," ungkap Aksa muak.

"Nggak jelas gimana sih, Kak? Udah jelas tadi kakak berantem ngeributin soal Nakula yang mau menikah sama aku. Artinya kakak cemburu kan?"

Aksa meraup wajahnya frustasi, ia semakin bingung dengan perilaku aneh Shael. "Bocah kegeeran banget sih anjir,"

"Udah, jangan marahin calon istri gue lagi. Pasti bawaan hamil itu, jadinya sensitif." Nakula menepuk-nepuk bahu Aksa agar temannya tersebut tidak tersulut emosi.

"Bocah bau bawang nyebutnya calon istri." cibir Aksa.

"Lo juga, bocah bau kencur nyebutnya istri ke Tara." ketus Nakula tidak mau kalah. Setelah itu tawa mereka berdua mengudara.

Aksa kini giliran menepuk pundak Nakula, "Ahahah, lo keren, lo mau ngorbanin sesuatu yang bahkan gak ada sangkut-pautnya sama lo. Gue doain kalian langgeng sampe maut memisahkan,"

DEWANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang