13. Terungkap

729 79 7
                                    

Kenan dan Ivonna memutuskan untuk mengikuti langkah Tara dan Alma secara diam-diam. Mereka khawatir akan terjadi sesuatu kepada Tara karena Alma berbohong soal lomba basket dan Pak Joko.

Tiba lah mereka di depan ruangan olahraga yang sudah lama tidak terpakai. Tempatnya sepi dan jarang dilalui murid atau pun penjaga sekolah.

"Emang mau jebak Tara tuh si Alma. Bocil udah berani banget nantangin kita," cibir Ivonna. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

Kenan sontak membekap mulut Ivonna, "Diem, nanti kedengeran. Kita liat apa yang mau dilakuin bocil itu sama Tara."

Tara dan Alma masuk ke dalam ruangan, hal itu membuat Kenan dan Ivonna tidak dapat melihat aktivitas yang dilakukan mereka berdua. Sehingga Kenan dan Ivonna hanya menunggu diluar secara sembunyi-sembunyi.

Beberapa menit kemudian keluar seseorang berbaju hitam dan bertopeng. Pria tersebut menggendong Tara layaknya karung beras.

Kenan dan Ivonna panik, "Dia mau bawa Tara kemana?!" ucap Ivonna.

Dengan gerakan cepat, mereka berdua mengikuti pria tersebut. Namun diperjalanan, mereka dihadang oleh Aksa.

"Minggir lo! Ngga usah nyari gara-gara dulu. Ini lagi keadaan darurat," ujar Kenan.

"Kalian mau ikutin Tara sama cowok itu kan? Gue mau ikut," balas Aksa.

Kenan dan Ivonna memandang satu sama lain dengan ekspresi kebingungan.

"Ngga salah? Jangan-jangan ini ren—"

Aksa menggeleng cepat, "Gue beneran mau ikut, tolong ajak gue." Aksa menampakan wajah serius yang membuat Kenan percaya seketika.

"Yaudah deh, ayo buruan kejar tuh cowok sebelum ilang." ucap Kenan. Pria berbaju hitam tersebut memasukan Tara ke dalam mobil, ia pun juga masuk ke dalamnya. Aksa, Kenan, dan Ivonna dengan jelas melihat bahwa penculik yang ada di dalam mobil lebih dari empat orang.

Setelahnya, para penculik itu pergi menggunakan mobil yang membawa Tara. Aksa, Kenan dan Ivonna pun segera menyusul dengan cepat mengikuti jejak para penculik menggunakan mobil milik Ivonna.

Aksa memegang setir mobil, ia mengendalikan mobil dengan kecepatan tinggi agar jaraknya tidak terlalu jauh dengan mobil penculik tersebut.

"Ngebut anjir!" teriak Ivonna tidak sabar. Aksa mangangguk patuh dan melesat lebih kencang hingga 90km/jam.

Hingga sampailah mobil penculik di sebuah depan rumah tanpa keramik. Rumah tersebut nampak tua dan tidak pernah dihuni.

"Ini jauh banget dari kawasan sekolah. Kalo kita ngga cepetan, ngga tau apa yang terjadi sama Tara," gumam Kenan.

Mereka bertiga keluar dari mobil, berjalan mengendap-endap mengikuti jauh dibelakang lima pelaku yang menculik Tara.

"Beres bos! Abis ini kita apain ni bocah?"

"Buka aja lah bajunya, kata Cilla kita boleh apain aja si Tara. Kesempatan buat gue,"

Aksa, Kenan, dan Ivonna mendengar percakapan para penculik itu dengan perasaan geram. Secara tidak sadar, Aksa mengepalkan telapak tangannya hingga kukunya memutih.

"Bener kata gue, ini ulah Cilla." desis Ivonna. Walaupun Ivonna terlihat seperti gadis lemah lembut pada umumnya, sebenarnya ia juga mempunyai kemampuan beladiri sama seperti Tara.

Ivonna tidak pernah menampakan kekuatan beladirinya kecuali dalam waktu genting atau mendesak.

Guratan nadi di leher Aksa semakin terlihat jelas, giginya gemeletuk menahan amarah. "Blaxton bangsat,"

DEWANGGA Where stories live. Discover now