22. Cantiknya Aksa

676 60 2
                                    

"DIAJARIN SIAPA LO MABOK-MABOKAN?" ucap Tara tegas kepada Aksa yang kini tertunduk lesu dihadapannya pagi ini.

Aksa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "I-itu, main truth or dare sama anak tongkrongan."

Tara mendorong bahu Aksa dengan beringas hingga cowok itu limbung ke belakang, "Terakhir kali lo main gituan, dan dikasih tantangan buat nembak adek gue walaupun lo ngga cinta, tapi lo tetep ngelakuin."

"Sekarang lo disuruh mabok sama Candra pun lo lakuin?! Otak lo dimana, hah? Terus nanti kalau lo disuruh ngelakuin hal yang engga-engga, lo mau juga?!" sentak Tara berapi-api.

Aksa diam mematung, ia tidak berani macam-macam karena Tara seperti orang kesetanan saat ini. Wajah sangar Tara mengingatkannya kala dirinya dicekik oleh istrinya tersebut waktu Aksa menumpahkan berbagai jus dengan campuran saus sambal ke kepala Shael.

"LO BISU, SA?! JAWAB GUE!"

"Iya, Ra. Gue nggak bakal ngulangin hal yang sama lagi, gue juga bakal cuci otaknya Candra biar bersih." ungkap Aksa jujur.

Tara manggut-manggut paham, sedikit percaya dengan perkataan Aksa. "Bagus. Nanti gue temuin lo dan teman tongkrongan lo di kantin, gue marahin satu-satu. Kalo ada yang ngelawan gue patahin kakinya."

Aksa bernapas lega mendengar intonasi Tara sudah lebih rendah daripada sebelumnya, "Apapun yang lo mau deh. Maafin gue ya?"

"Nggak semudah itu, Sa." Tara menjeda ucapannya.

"Berhubung nanti serah terima jabatan OSIS, dan gue pemangku jabatan sebagai ketua. Gue bakal kasih teguran dan hukuman pertama gue ke kalian," sambung Tara seraya mengembangkan senyum tipis. Ia memang mengikuti organisasi OSIS disekolahnya, dan akan segera dilantik menjadi ketua pada hari ini.

"Gue sama temen-temen kan nggak ngelakuin kenakalan di sekolah, kok gitu sih?" balas Aksa tak terima.

"Emangnya gue nggak pernah liat lo dan teman-teman ngerokok dibelakang sekolah,"

"Laahhh itu kan dulu,"

"Sama aja. Waktu itu gue diem karena gue bukan apa-apa disekolah,"

"Jadi.... LO PAHAM KAN? INI BARU PERMULAAN, GUE NGELIAT LO NAKAL KAYA GINI. GUE NGGAK SEGAN-SEGAN LAPORIN KE PAPA ALFREDO!" ujar Tara ngegas secara tiba-tiba yang membuat Aksa terkejut setengah mati dibuatnya.

Aksa mengangguk cepat, "Iya-iya, gue paham. Paham banget, gila sih Ra, lo kasih banyak pencerahan ke gue hari ini."

"Lebay," Tara kemudian melirik jam dinding dikamarnya, "Waktu udah menunjukan pukul enam, siap-siap buat sekolah." Gadis itu berbalik badan untuk segera mengambil keperluan mandinya.

"Gue kemarin emang nggak sadar, Ra. Tapi gue nggak bakal lupa kalo lo setuju buat tidur seranjang sama gue."

Tubuh Tara membeku, ia kembali teringat apa yang ia ucapkan semalam kepada Aksa. Apakah Aksa sudah mengetahui perasaan Tara yang sebenarnya?

Tara membalikan badannya perlahan menghadap Aksa takut, "Lo inget nggak, apa yang gue omongin kemarin ke lo?"

"Inget, lo bilang, kalo lo cinta sama gue kan?" ucap Aksa tepat sasaran.

Tara menggigit bibih bawahnya gelisah, "Lupain yang itu, g-gue terpaksa aja ngomong kaya gitu ke lo."

Aksa tersenyum jahil, ia menoel pipi Tara karena gadis itu terus saja menundukan pandangan. "Ah masa sih? Yakin nih, terpaksa?" goda Aksa.

Tara mendecak sebal, ia cemberut samar dan membuang pandangan ke arah lain. "Apasih lo, nggak usah toel-toel deh."

"Lo ngomongnya kaya serius banget, dan nggak ngelawan pas gue peluk. Padahal lo lebih kuat daripada gue. Masa iya terpaksa?" jelas Aksa yang semakin gencar menggoda Tara.

DEWANGGA Where stories live. Discover now