07. Mertua

737 86 15
                                    

Hari minggu. Sesuai apa yang dikatakan oleh Elsa, bahwa Tara akan menemui calon suaminya hari ini. Tara kini dirias secantik mungkin oleh make-up artist profesional, balutan make up natural dan gaun berwarna cerah membuat penampilan Tara sangat cantik.

"Jaga tingkah laku kamu didepan calon mertua. Mama nggak mau sampai mereka mandang kita nggak punya adab," peringat Elsa yang berada tidak jauh dari Tara.

Tara mengangguk pelan, matanya tertutup sempurna karena masih di dandani oleh wanita di depannya.

"Persetan sama pernikahan, gue ngincer kebebasan." batin Tara. Ia berusaha lapang dada mengorbankan masa depannya demi menuruti perintah Elsa dan Wijaya.

Tetapi disisi lain, mungkin perjodohan ini akan membebaskan ia dari tekanan orang tuanya. Tara hanya berharap, belum tentu juga kan?

Tara menuruni anak tangga bersama Elsa setelah selesai dengan penampilannya. Dibawah sana, terdapat banyak pasang mata memandang takjub kepada Tara yang benar-benar cantik dan anggun layaknya seorang dewi.

"AKU DIJODOHIN SAMA DIA, PA?!" seru seseorang.

Tara penasaran, yang tadinya ia tertunduk pun mendongak untuk mencari asal suara tersebut, betapa terkejutnya ia ketika suara itu berasal dari musuh bebuyutannya. Taksa Zayyan Giovano, cowok itu berdiri tepat di samping kiri Wijaya bersama laki-laki lain yang tidak Tara kenali.

Tara menuding Aksa menggunakan telunjuknya, "Pergi sekarang! Gue nggak ngizinin lo ada disini,"

Aksa mendekat, "Siapa juga yang pengen dateng kesini? Gue mana tau kalo ini rumah lo!"

"Ini acara keluarga gue, dan lo bukan termasuk bagian dari Rahandika. Ngapain dateng kesini coba,"

"Lo nggak liat papa gue disini?" Aksa menunjuk pria paruh baya disebelahnya, "Ya berarti ini acara keluarga gue juga!"

Elsa memegang lengan Tara kuat, menarik putrinya untuk menjauh sedikit darisana. "Diem. Mama udah bilang kamu harus jaga tingkah laku," ketusnya.

Tara meringis sakit, Elsa memegang lengannya begitu kuat sehingga kuku panjang sang ibu menancap dikulitnya  Tara menepis tangan Elsa dengan cepat dan kembali menghadap Aksa.

"Pergi, atau gue abisin lo hari ini." ucap Tara lirih.

Aksa mengikis jarak diantara keduany, membuat selisih wajah mereka hanya tersisa sejengkal saja. "Kalo bukan karena papa, gue juga nggak mau ada disini."

Alfredo dan Wijaya saling beradu pandang. Tidak mengerti kenapa anaknya berdebat satu sama lain.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Alfredo penasaran.

"NGGAK!"

Seru mereka berdua kompak. Alfredo dan Wijaya sontak terbahak karena raut wajah mereka berdua nampak sebal.

"Ayo kalian duduk dulu, jangan berdiri kaya gitu."

Tara dan Aksa mengangguk patuh, mereka duduk disamping orang tua mereka masing-masing. Dengan Shael yang berada di sebelah kanan Elsa dengan wajah sebal. Ia sangat terkejut ketika tadi melihat Aksa datang ke rumahnya dengan tujuan ingin melamar Tara.

Rasanya, seperti aneh ketika melihat kakaknya akan menikah dengan mantan pacar sendiri yang sudah menyiksa Shael selama mereka masih mempunyai hubungan.

Shael menghela nafas pelan, "Aku udah cukup sakit hati karena perlakuan dia, tapi kenapa harus Aksa yang menikah sama Kak Tara? Kenapa harus Kak Tara yang nanggung semua ini?" batin Shael bertanya.

"Perkenalkan, ini putra saya. Namanya Taksa Zayyan Giovano, pendeknya panggil Aksa saja. Seperti yang sudah disepakati, kami berniat menjodohkan Aksa dengan Tara selaku putri sulung dari keluarga Rahandika. Bagaimana pendapat kamu Aksa?" tanya Alfredo kepada anak semata wayangnya.

DEWANGGA Where stories live. Discover now