23. Lamaran

634 72 9
                                    

Aksa berjalan gontai menuju Tara yang sedang duduk di tepi ranjang dengan pandangan mengarah ke bawah karena fokus dengan ponselnya. Karena hal itu, Aksa lantas merebahkan kepalanya dan menjadikan paha Tara sebagai bantal.

Tara membelalak kaget, bola matanya membulat seketika. "E-eh, apa coba?"

"Bosen," Aksa memberengut sebal.

"Terus?"

"Dih, nggak peka,"

"Hah?!" Kening Tara semakin mengerut, kenapa Aksa jadi seperti cewek yang sukanya kode-kode tanpa mau berbicara dengan jelas.

Aksa semakin memajukan bibirnya beberapa senti ke depan, "Lo daritadi sibuk mulu, gue jadi bosen. Padahal gue disini suami lo, tapi lo cuekin gue terus. Nakal emang,"

"Nakal?" beo Tara.

"Iya lah, sibuk ngapain lo? Lo nggak sadar kalo gue cemburuan?"

Tara tersenyum jahil, ia menatap Aksa dibawahnya yang makin cemberut. "Tebak gue lagi sibuk ngapain,"

Aksa menggeleng pelan, "Nggak tau."

"Lagi nyari suami baru, siapa tau ada yang lebih tajir."

"HEH! KOK GITU? Emang gue kurang tajir ya?! Bahkan apapun gue kasih buat lo, kalo lo minta," Aksa menggeram marah, ia mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya. "Nih uangnya gue nggak tau ada berapa, pake aja, abisin sekalian."

Tara terbahak keras, ia reflek memukul kepala Aksa yang sedang tiduran dipahanya. "Bercanda doang, sensi amat."

"Oh gitu, yaudah." Aksa memasukan kartu tadi ke dalam sakunya kembali.

"Tapi tau nggak sih, Ra. Biasanya orang lain pacaran terus tiduran di paha pacarnya, di usap-usap tuh. Nggak dipukul kaya tadi, kalo dipukul terus nanti otak gue geser gimana?" cibir Aksa menyindir. Ia meringis kecil, mengusap bekas pukulan Tara pada kepalanya.

Ingin sekali Tara meledakkan tawanya dan kembali memukul Aksa, namun niat kurang ajarnya itu segera ia urungkan. Perlahan, Tara mengusap rambut Aksa dengan penuh sayang.

"Gue jadi ke inget mama," ucap Aksa di sela-sela Tara mengusap rambutnya.

"Kenapa?"

"Pas kecil, gue sering diginiin sama mama. Gue emang kekurangan kasih sayang dari dia, jadi maaf kalo ada sifat gue yang terlalu manja ke lo ke depannya."

"Gue pastiin, lo nggak akan pernah kekurangan kasih sayang dari gue. Kalo manjanya bukan ke gue, ke siapa lagi?"

Aksa menyengir lebar, perkataan Tara sukses membuat jantungnya hampir merosot ke perut, "Gitu dong. Kan, jadinya keren, kita udah kaya orang pacaran beneran. Kalo mau yang kaya suami istri beneran nanti lo marah, lo patahin tulang gue, dan lo berubah jadi reog."

Tara menghentikan usapannya pada rambut Aksa, ia sadar bahwa dirinya tidak pernah memberikan hak istri sepenuhnya kepada Aksa. Tetapi, Tara juga takut terjadi hal-hal diluar dugaannya. Tara masih mempunyai mimpi yang besar setelah lulus SMA nanti, yaitu menjadi seorang dokter.

"Maaf ya? Gue belum ngizinin lo buat hal itu," ucap Tara.

"Nggak apa-apa, gue nggak bakalan maksa. Gue bakal nunggu sampai lo jadi dokter, kita wujudin keinginan buat ngucapin sumpah dokter bareng-bareng."

DEWANGGA Where stories live. Discover now