20. GRASHITA

5.7K 572 2
                                    

20. Grashita

Bele memandang luasnya langit malam. Malam ini sangat cerah. Bulan sabit melengkung indah dengan cahaya yang cerah. Ditambah taburan bintang menambah keindahan langit.

Bele memikirkan bagaimana kisahnya dan Pangeran kedepannya.

Semakin hari ke hari, semakin Bele merasakan dia dan Pangeran bagikan langit dan bumi. Sangat jauh.

"Oh moon goddess, apakah aku benar-benar tak memiliki wolf? Kenapa harus aku?"

"Apakah aku bisa bersama calon Alpha itu, dia begitu sempurna sedangkan aku?"

Pertanyaan demi pertanyaan yang Bele lontarkan tersapu oleh angin malam yang menyejukkan.

«««««


"Ada masalah?"

Pertanyaan itu mengejutkan seseorang yang duduk taman istana.

"Tidak, hanya ingin melihat bulan," jawabnya.

Gadis dengan gaun tidur bewarna biru itu mendekat kearah sang Pangeran.

"Itu bearti ada masalah," jahilnya membuat Sang Pangeran tersenyum kecil. Dia merentangkan tanganya merasa kebas,

"kenapa kesini?" tanya Pangeran pada gadis itu. Gita, gadis dengan rambut coklat itu mendekat duduk disebelah temannya, teman kecilnya.

Gita mengendikan bahunya acuh, lalu tersenyum manis.

"Cerita saja Pangeran, aku tahu kau pasti sedang memikirkan sesuatu sampai kau menenangkan diri dengan melihat bulan," ujar Gita dengan baik hati.

Dahulu, Agno memang sangat dekat dengan Gita, begitu pula dengan Davian dan Thony. Mereka dahulu bersama sejak kecil, bahkan saat bersama sama belajar berbicara.

Dan karena kedakatan mereka, tak jarang Agno menceritakan hal-hal yang spesial bagi dirinya. Agno kecil memang sepolos itu.

Gita memandang Pangeran yang diam, dia kembali tersenyum dan ikut menatap bulan.

"Bulan memang secantik itu, benarkan?"

"Yah, bukankah aku pernah bilang?"

"Kau semakin kesini kenapa semakin menjauh? Tak bisakah kita seperti dulu? Berteman tanpa canggung?" harap Gita kepada Agno, dia terus mengembangkan senyum manisnya. Dan Agno suka itu.

Geraman dari Damian membuat Agno kembali tersadar,

"Tentu kita masih bisa berteman, tapi untuk seperti dahulu sepetinya akan susah. Kau tahu aku memiliki mate yang kapan saja bisa cemburu jika aku selalu denganmu," ujar Agno dengan sedikit sombong tapi bercanda.

Gita tertawa kecil dan disusul Agno, mereka kemudian saling tersenyum.

"Baiklah, sepertinya kau benar. Dan untuk perkataan ayahku aku mohon maaf, dia mungkin hanya ingin yang terbaik untuk putriya,"

Agno menganguk, "Ya, kau tak perlu minta maaf. Itu bukan salahmu,"

Gita kembali tersenyum, "Bagaimana jika kita bermain?" Gita menaik turunkan alisnya jahil.

"Bermain?" tanya Agno dan Gita mengangguk semangat.

«««««

ALPHA'S DESTINY [ END ]Where stories live. Discover now