37. SACRIFICE (1)

5.5K 508 5
                                    

37. Pengorbanan (1)

"Aku mempunyai rencana Ayah, "

Sang Raja itu menoleh, mengangkat alisnya menunggu ucapan anak nya itu.

"Aku yakin, anjing berliur itu pasti tidak akan menepati ucapannya. Bukankah semua seperti itu? Mereka akan baik jika ada maunya saja,"

"Hm, lanjutkan!" ucap Prim. Ingat dengan Prim? Raja Vampir yang dahulu menolong Bele saat ia kehilangan ingatannya.

"Kita serang, tanpa memberitahu mereka. Bawa gadis itu hidup-hidup tanpa mereka ketahui," ujap putranya, Hictor.

Salah satu seorang pengurus istana tampak tak setuju, "Tetapi Yang Mulia, Gadis itu adalah pasangan dari calon Alpha tertinggi, berurusan dengan dia akan menjadi ancaman untuk kita!" peringatnya.

Hictor berdiri menghadap langsung kepada Pengurus kerjaaan itu, sedangkan Prim hanya menggoyangkan gelas berisi darah merah kental.

"Sejak kapan kita takut dengan mereka? Anjing liar itu hanya pintar berubah wujud saja!"

"Tidakkah Pangeran ingat? Bangsa Vampir bukan hanya kita. Kita telah sepakat untuk damai, jika dilanjutkan maka-,"

Belum selesai ucapan Pengurus istana itu, Hictor langsung menerjangnya,

"Tutup mulut sampahmu! Jangan nasihati aku, persetan dengan vampir lain. Aku akan mendapatkan darah gadis itu!"

«««««

Damian mengeram nyaman ketika Bele mengusap lembut kepalanya.

"Sayang sekali aku tidak bisa berkomunikasi denganmu," kata Bele dan Damian mendengarkan walau matanya terpejam,

Damian kemudian membuka matanya, melihat Bele yang sedang menatapnya membuat Damian malu-malu. Bele sangat cantik, ah beruntungnya dia.

"Kau sangat manis, dan besar sekali," guman Bele tak menyangka dengan sikap serigala besar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sangat manis, dan besar sekali," guman Bele tak menyangka dengan sikap serigala besar itu.

Damian mengedipkan matanya, berkata didalam hati begitu mengagumi Bele.

Damian berdiri, mengusupkan kepalanya dileher kecil Bele, sedangkan sang empu tertawa geli.

Seakan tahu kode itu, Bele mengangguk. Damian mencium Bele dan berjalan menuju batu besar.

Bele mengambil sebuah bunga lavender, menciumnya sembari memejamkan mata.

Sebuah bibir mendarat dipipinya. Agno, telah kembali kewujud manusianya.

"Senang bertemu Damian?"

"Tentu saja, dia sangat manis," puji Bele seketika membuat Agno mendengus sebal,

ALPHA'S DESTINY [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang