45. LIGHT SOURCE

4.7K 467 14
                                    

45. Sumber Cahaya

"Aku akan membunuhmu Matteo!"

Dengan kilat amarah yang terpancar, Bele -Ah tidak lebih tepatnya wolf yang mengendalikan tubuh Bele- itu hampir menerjang tubuh Matteo yang terjatuh.

Kalah cepat dengan pergerakan Prim, dia menarik rambut panjang Bele, mencegahnya menyerang Matteo.

"Kau kira kau sekuat apa bisa melawanku?" tanya Prim dengan remeh.

Perempuan itu langsung mengembalikan keadaan, memutar tangan Prim dan menjauh darinya.

Melihat kesempatan keluar dia berlari namun dengan cepat digagalkan Matteo, dia mencekik lehernya dan membanting tubuh Bele ke dinding.

Prim mendekat, menggunakan kelemahan semua werewolf, wolfbane.

Racun itu Prim sebar diseluruh ruangan hingga membuat Bele melemas.

"Bodoh! Kau mau membunuhku?" Marah Matteo pada Prim.

Sementara Prim menatap datar Matteo, "Bukan salahku kalau kau juga ikut mati disini. Kalian werewolf sangat lemah."

Tidak membuang kesempatan, dengan sekuat tenaga Matteo pergi meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Bele masih berusaha untuk tidak menghirup sisa wolfsbane tadi.

Tanpa aba-aba dia mengeluarkan sesuatu dari tangannya yang membuat Prim tidak bisa melihat karena kepulan asap hitam. Dan ketika dia berhasil mengembalikan penglihatannya, Bele telah menghilang.

«««««

Tentu saja, werewolf mempunyai pertahanan yang baik untuk menyembuhkan luka dengan cepat.

Namun tidak untuk hari ini. Ditangan Hictor, Luna Alishas telah berada dibatas kesadaran dirinya.

Begitu banyak serangan yang dilakukan Hictor. "Kalau saja dulu kau tidak membunuh ibuku mungkin pedang ini tidak akan menjadi ajalmu!"

"Aku sama sekali tidak menyesal membunuh ibumu! Siluman licik yang merugikan kaum Immortal!"

"Kurang ajar!"

Pedang silver yang memang disiapkan untuk membunuh para werewolf dengan racun wolfsbane nya itu menembus ke tepat jantung Sang Luna. 

Hictor tersenyum sembari menikmati detik-detik Luna itu menutup matanya untuk selamanya.

Dan tepat Sang Luna menutup matanya, Agno datang dengan wajah lukanya dan keterkejutan ketika melihat apa yang terjadi.

Ibunya, Lunanya, Malaikatnya tewas disana. Hictor dengan pedang berlumur darah bersitatap dengan mata Agno, tersenyum miring dan menghilang seperkian detik ketika Agno berlari hendak menangkapnya.

Tubuhnya meluruh disebelah jasad ibunya. Menangis dengan menyedihkan.

«««««

"Ah kurang ajar!"

Alpha Rolex mendesis ketika merasakan sakit dalam jantungnya. Rasa sakit yang teramat sakit dan membuatnya sempat linglung namun ia berhasil mengendalikannya.

"Alpha!" Panggilan dari Betanya itu membuat Alpha Rolex berusaha kuat. Hari telah malam tapi masih terlalu lama untuk Bulan Gerhana terjadi. Ini seperti penyiksaan yang bertubi-tubi baginya. Rasa sakit, Ketidakberdayaan dan penyerangan datang bersama dalam satu waktu.

ALPHA'S DESTINY [ END ]Where stories live. Discover now