1.Mari, Selesai~ [Sebuah Prolog]

271 25 13
                                    

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Dari kata yang kumulai ini aku ingin mengatakan bahwa,
"Mari, Selesai~~~"

"Mari, selesai untuk sesuatu dan apapun yang bahkan mungkin belum dimulai."

"Ada banyak hal yang sudah kudapatkan. Entah yang memiliki pengaruh baik atau buruk. Dan kurasa jauh lebih banyak baiknya..."

"Mari, Selesai. Meski hanya dari diriku yang mengatakannya. Bahkan mungkin dirimu tak tahu jika terlibat di dalamnya..."

"Mari, Selesai. Atas sesuatu yang pernah kumulai sendiri dan melibatkan dirimu hingga saat ini..."

"Mari, Selesai. Setelah hari wisudamu nanti. Selamat atas gelar barumu. Selamat telah lulus menjadi Kapten terhebat dalam sepanjang narasiku selama ini..."

"Mari, Selesai. Untuk melanjutkan narasi yang harus kita lalui masing-masing di depan sana..."

"Mari, Selesai..."

"Mari Selesai, setelah pelepasan togamu..."

Tertanda,
Aku, Penulis Narasimu.

Hari terakhir untuk, Kapten Arjuna.
Agustus 2023.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤





Surat itu terselip rapi diantara banyaknya rantaman dan hadiah yang diterimanya hari itu, ketika dirinya usai melaksanakan kewisudaan. Kertas hitam berbalut pita putih itu didapatinya bersama sebuah kotak warna senada. Hanya berisi sebuah buku yang bersampul rapi dengan kertas putih. "Untuk Kapten Arjuna".

Laki-laki yang masih rapi dengan toga-nya itu menimang bungkusan buku tersebut, meski penasaran dia enggan membuka bungkusannya di tempat. Tak ada nama pemberi yang tercantum dengan jelas disana. Namun jelas terlihat dari sudut mata laki-laki itu, bahwa dia menyukai hadiah misterius itu.
Nuansanya seperti tidak asing, dia seperti pernah merasakan hal yang sama ketika menikmati baris-baris yang ada dalam surat itu. Hanya saja, kali ini rasanya lebih mengiris perasaan.

"Dari kamu lagi, kah?"

bisiknya untuk kemudian menyimpan selembar surat itu dalam saku Jas-nya.

Dalam bulat dan legam kedua maniknya kini terperangkap bayangan orang-orang yang melemparkan senyuman di hadapannya, sebagian dari mereka telah dia kenali begitu lama, menyisakan sosok lain yang menjadi bagian baru untuknya.
Dia membalas senyuman orang-orang itu sambil melempar toga keatas langit-langit yang terjangkau olehnya.
Disaat itulah senyum itu menenggelamkan kedua manik hitamnya, senyuman mata -orang menyebutnya 'eye smile' itu tergambar jelas begitu saja. Dan ketika berhasil menyelesaikan tawa itu dia kembali meraba saku jas-nya, masih ada disana, dirinya khawatir lembaran itu ikut terbang ketika dirinya melompat tadi.

"Congrats, ya, Bro! Selamat buat gelar barunya. Soon, ditunggu gelar-gelar berikutnya..."

"Wkwk, siap mas bro. Ditunggu juga undangan ijabsah-nya..."

"Wah kalo itu, elo duluan juga kagak keberatan, Bro!"

"Wahh, nggak gitu dong, Bro. Nyari modal dulu dong. Masa nikahin anak orang modal nekat doang!"

Aksara Untuk ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang