Menuju Babak Baru

29 6 4
                                    

"Sa, kamu nggak buru-buru pulang, kan? Masih di sini, kan?"

Rensa dengan terpaksa mengangkat kepala dari novel bacaannya untuk menoleh kepada suara seseorang yang mengajaknya bicara, Nadhim tengah berdiri di depan pintu Ruang Osis dengan setelan jaket dan topinya sambil menenteng tas di tangan kiri, senyum anak itu tiba-tiba terbit ketika mata mereka beradu.

"Nggak, tuh. Bentar lagi pulang. Kenapa?" Balas Rensa dan kemudian melanjutkan bacaan novel yang ada dihadapannya.

"Nggak ada apa-apa, sih. Yaudah aku duluan, ya, Sa. Bye bye..." Nadhim berucap sambil melangkahkan kakinya pergi dari Ruang Osis meninggalkan Rensa.

"Tuh orang ngapain, sih? Ga jelas banget! Pakai 'bye-byean' segala!" Cibir Rensa.

Selang beberapa menit setelah Nadhim pergi muncullah sesosok Ilma sambil berdendang ria dan memainkan jemari mengikuti irama yang dia buat dari mulutnya sendiri. Ketika melihat seorang Rensa Ilma menghambur sambil iseng membolak-balikkan halaman novel yang sedang dibaca Rensa, membuatnya kesal.

"Ngapain sih, Il?! Ahh, gangguin aja deh! Minggir sana, orang lagi seru juga!" Rensa menggerutu, hampir saja sebuah buku novel dengan tebal 400-an halaman itu mampir ke kepala Ilma jika di tidak cepat menghindar.

"I have a good news for youuu!!! Do you wanna knoww???" Ucap Ilma dengan suara bernada, wajahnya sumringah menggambarkan bahwa yang akan dia katakan itu adalah sesuatu yang membuatnya senang bukan kepalang.

"Apaan? Cepet cerita! Kalo nggak penting aku gebuk beneran nih pake novel ini!" Ucap Rensa sambil menyodorkan novel yang ada di genggamannya.

"Akuuuu, Emm, Aku Officially sama Nadhim..."

Ahh, tidak. Rensa tidak akan mau mengucapkan selamat atas keputusan mereka yang akan merajut asmara, Rensa tidak bisa berkomentar atau memikirkan banyak hal. Satu sisi itu adalah hal yang akan membuat teman dekatnya itu senang dan bahagia, satu sisi adalah, keputusan untuk menjalin asmara dalam balik layar sebagai pengemban organisasi, tentu itu sudah seperti melanggar kesepakatan.

Rensa yakin, dan juga tahu jika kedua temannya itu tidak akan berbuat aneh-aneh, mereka juga tetap akan bertanggung jawab pada peran mereka. Rensa juga yakin keduanya mampu bersikap profesional seperti seharusnya. Namun tetap saja, Rensa tak bisa berkomentar atau meresponnya terlalu banyak selain mengiyakan keputusan mereka, ikut membiarkan mereka menjalin asmara secara sembunyi-sembunyi di balik panggung ke organisasian.
Padahal jika bisa menahan, masa jabatan mereka akan segera selesai sebentar lagi. Mereka bisa menahan hingga masa jabatan mereka selesai jika ingin memulai asmara tanpa harus sembunyi. Tapi, lagi-lagi itu diluar kehendak Rensa untuk mengatakannya pada mereka. Rensa seperti merasa kehilangan sesuatu, tetapi masih bingung tentang apa. Apakah karena teman dekatnya kini telah menjalin hubungan dengan Nadhim yang juga temannya? Bukan cemburu, dia merasa ada sesuatu yang sepertinya akan hilang darinya ketika temannya itu telah memiliki kekasih.

Rensa memaksa langkahnya untuk sampai di gerbang depan sekolah, rasanya jadi bertambah berat ketika pundaknya menanggung ransel yang berisi banyak tumpukan buku ditambah kantong bekal makan di tangan kanan dan dua buah novel di tangan kiri. Berat.
Rensa mendudukkan dirinya ketika sampai di bangku depan pos satpam dekat gerbang sekolah. Memulai membuka pada lembaran terakhir yang dia baca pada novel yang dibawanya.
Menit ke menit, Rensa masuk pada alur cerita yang dia baca, menyisakan hening yang menyergap.
Siang yang hampir larut, hening, kecuali lalu-lalang beberapa sepeda motor yang melintas di depan sekolahnya.

"Kemarin itu, pas pulang dari baksos ke SD aku kan diboncengin sama Nadhim, kan. Terus kan pas balik itu juga kita mampir makan siang di Penyet Banyuwangi sama yang lain, abis dari situ tuh pas pulang di perjalanan Nadhim bilang sambil nanyain aku lagi ada yang deketin atau lagi suka sama orang enggak? Aku jawab nggak tahu, dan nggak kepikiran. Terus dia tiba-tiba bilang gini, 'Mau backstreet-an nggak sama aku?' gitu. Ternyata dia tuh emang katanya naksir aku lama tapi karena sama-sama OSIS jadi dia nahan..."

Aksara Untuk ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang