DEAL!

18 4 10
                                    

Saatnya kembali pada rutinitas menjadi siswi normal. Berseragam rapi dan berangkat pagi mengikuti kelas secara penuh, kembali duduk berjam-jam untuk mendengar ceramah guru yang menjelaskan materi di kelas, berkutat dengan PR, persiapan ujian, kelas tambahan, dan lain-lain.
Bagi Rensa itu masih tetap membosankan apalagi dia yang sudah lelah dengan kegiatan di luar jam kelas, ditambah lagi baru-baru ini diam-diam Rensa mengambil kerjaan sambilan di rumah tetangga. Lumayan bisa untuk menambah uang saku jajannya, dan digunakan membayar kas-kas yang ada dan sudah mulai menumpuk.

Hampir saja matanya terpejam kalau saja ponselnya tidak bergetar di laci. Sebuah pesan Group dari OSIS membuat matanya terbelalak karena nama pengirimnya.

| Arjuna OSIS : "Guys, pengumuman! Habis khitobah kita adain evaluasi acara Milad bareng Pembina, di Aula."
| Arjuna OSIS : "Dengar mendengar kita akan ditraktir oleh Pembina tercintah. Yoi, Pak?

| Pak Ket.OSIS Nasrum : "Jajane paket Rocket Chicken🤣"

| Nadhim OSIS : "Rapopo, rejeki tidak boleh ditolak. Yang penting jajan."

Selepas membaca sekilas isi pesannya Rensa mematikan ponsel, tidak lagi mengantuk dan memutuskan mencoba tertarik pada apa yang disampaikan guru di depannya. Pelajaran Geografi, sebetulnya menarik kalau saja gurunya tidak melulu membaca buku pegangannya dan mengabaikan respon para siswa. Yang penting baginya mungkin, asalkan tidak berisik dan gaduh sudah dianggap fokus dan bisa menerima materi, padahal faktanya kami mengantuk.

"Rens, aku nitip almet bentar mau ke toilet!"

"Heh! Emang kamu masuk kelas mana? Kamu nggak sekelas sama aku nanti."

"Sama Juna di kelas IPA 1, nitip bentar doang elah!"

"Aku di IPS 2. Jauh banget jaraknya elah, pinter banget nih anak."
Sambil masih mengomel Rensa menuruni anak tangga dengan cukup tergesa, langkahnya dipercepat ketika bel pulang sekolah berbunyi, Rensa melipat asal almet di tangannya dan terus berjalan menuju RuOs yang dari jauh sudah terlihat hiruk pikuk para pengurus dengan almamater biru tua.

Saat melihat sosok Juna melintas di depannya, Rensa menghampiri. Dengan sedikit terengah dia sodorkan almet biru tua milik Ilma pada Juna,

"Almet e sopo?" Tanyanya terdengar dingin.

"Ilma, doi lagi panggilan alam. Lu kan sekelas ntar sama dia."

"Njir. Aku keamanan, nggak masuk kelas."

"Hah?! Lah, nggak masuk kelas?"

"Dikerjain lu!"

"Wah, Ilma kampret!"
Dengan menahan kesal Rensa memalingkan wajah dari Juna dan meninggalkannya.

"Opo tah?" Sebuah suara yang dikenali Rensa membuatnya berbalik, dan menemukan seoramg Nadhim berdiri tegap di ambang pintu RuOs lengkap dengan almet biru tuanya.

"Lu masuk kelas apa?" Tanya Rensa.

"IPA 2, Piye?"

"Nah. Nih, almetnya doimu, doi lagi panggilan alam, titip. Aku di kelas IPS 2 soale."

"Oh, oke-oke. Siniin."

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Ada saat dimana diri bisa menghentikan sementara sebuah nama berkeliling di kepala, membuat sadar telah seberapa jauh itu terjadi.

Bahkan ketika harus mencoba untuk benar-benar berhenti memikirkannya.
Namun terkadang ada alasan yang jauh lebih seru untuk membuat jatuh cinta lagi, dan berkali-kali di nama yang sama-sama.
Saat mengucap bosan dan lelahpun, sejujurnya itu adalah ucapan yang terkadang sebagai pelipur atas nama yang sulit memberi penjelasan.

Aksara Untuk ArjunaWhere stories live. Discover now