Chapter Five

1.3K 207 63
                                    

Aloha, berjumpa lagi kita. Hehehe

Buat menemani malam minggu kalian, aku publish chapter baru yang agak manis nih. Tinggalin komentar ya ^^



“Just when you think it can’t get any worse, it can. And just when you think it can’t get any better, it can.”
—Nicholas Sparks—

Jung Jaehyun sialan!

Bibirnya hampir meloloskan lebih banyak umpatan saat membaca email yang masuk ke ponselnya. Baekhyun yang duduk di belakang kemudi lantas menoleh, mengajukan protes kecil-kecilan pada Rose yang lebih sensitif karena sedang datang bulan dan baru sempat tidur pukul empat dini hari. Semalaman ia sibuk berlatih karena merasa kalau kemampuan bernyanyi dan menarinya masih belum cukup baik. Rose mendengarkan hampir semua kritik yang dilayangkan padanya untuk meningkatkan kualitas diri; dia bahkan sampai mengurangi jam tidur dan ada kalanya melewatkan jam makan.

Satu-satunya hal yang berusaha Rose pertahankan tetap pada tempatnya hanya jadwal bimbingan dengan Jaehyun—profesor muda menyebalkan itu sangat ketat tentang waktu dan apapun yang berhubungan dengan studi. Jadi tidak peduli seberantakan apapun hal lainnya, segala macam urusan yang berkaitan dengan Jaehyun harus tetap sama karena pria itu sangat ribet dan menyebalkan. Demi tekstur alpukat yang sangat Rose benci, Jaehyun merupakan perwujudan dari ‘menyebalkan’ itu sendiri; oleh sebab itu pula dia akan selalu menyertakan kata ‘menyebalkan’ bersamanya. Seperti menamai kontak Jaehyun dengan ‘Profesor Menyebalkan’ atau selalu menyebutnya ‘si brengsek menyebalkan’ dalam hampir seluruh obrolan dengan Baekhyun. Dia tidak bisa mengatakan sebutan istimewa itu saat sedang mengobrol dengan orang lain karena bisa berpengaruh buruk pada citranya sebagai selebritis yang baik dan sopan. 

“Jaehyun sialan, kenapa dia dengan seenak jidat mengubah tempatnya seperti ini?” Rose bertanya dengan nada protes yang sangat kentara.

“Diubah?” Baekhyun menengok ke arahnya dengan kening berkerut, “Diubah bagaimana maksudmu?”

“Tidak di restoran yang kupesan, tapi ke alamat lain!” pekiknya sambil mengurut kening yang semakin pening. Jadwal kemarin memang sangat padat: pemotretan majalah, wawancara, pilates, lalu latihan di studio. Rose hanya pulang ke rumah untuk tidur sebentar dan mandi. Ia tidak bisa keluar menemui Jaehyun dengan wajah polos—untuk beberapa alasan itu membuatnya sangat kesal. Seolah-olah Jaehyun akan langsung mencibir dan menghakimi penampilannya; meskipun wajah tanpa riasannya tetap terlihat cantik. Dan Jaehyun juga tidak akan menilai wajahnya—pria itu bahkan tidak peduli sama sekali. Dia hanya memeriksa laporannya. Itu saja. “Apa ini rumahnya?”

Baekhyun melirik sekilas, “Hah? Di rumah?”

Baekhyun melirik sekilas, “Hah? Di rumah?”

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
The Poem We Cannot ReadHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin