Chapter Twenty Three

613 78 48
                                    

Heyaaa! Udah lama banget ya sejak terakhir publish. November deh kayaknya. Maafkan 🥲

I think this story will have at least 30 chapters; enam or more lagi lah ya sampai tamat. Despite its potentially tear-jerking plot, I still hope you guys will stick till the end~

❄️
❄️
❄️

“Life is pleasant. Death is peaceful. It’s the transition that’s troublesome.”
—Isaac Asimov—

Banyak orang bilang jika waktu berlalu cepat saat kita menikmatinya. Meskipun Jaehyun tidak bisa menikmati waktu yang dimilikinya—bahkan dia tidak yakin jika waktu yang dijalaninya sekarang merupakan miliknya—waktu itu tetap berlalu dengan begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia memberitahu Rose tentang penyakitnya, membuat perempuan itu menangis sesenggukan, lalu berusaha membangkitkan gairah hidup yang dia harap bisa dimiliki oleh dirinya sendiri. Lalu musim berganti—membuat Jaehyun takjub dengan fakta bahwa dirinya masih bisa bertemu dengan musim semi tahun selanjutnya. Ditambah, kondisinya justru berangsur-angsur membaik, dan itu membuat dirinya was-was.

Tidak ada orang yang pernah sembuh dari fatal insomnia—setidaknya berdasarkan informasi yang dia tahu. Keadaan Jaehyun saat ini tak ubahnya sebuah ilusi yang membuatnya terlena. Ilusi bahwa dirinya akan sembuh; tapi dia pun tahu bahwa mempercayai hal tersebut hanya akan membuat kecewa. Jaehyun sudah merasakan terlalu banyak kekecewaan. Dia tidak mau lagi berangan-angan dan menyalahkan Tuhan karena keinginannya tidak terwujud. Untuk saat ini, bahkan kehadiran Rose saja sudah cukup. Jaehyun merasa lega karena perempuan itu tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

Setidaknya dia mencoba—sebab Jaehyun tahu lebih dari siapapun jika Rose akan menangis diam-diam dan menyalahkan takdir habis-habisan. Katanya hampir setiap malam, ‘Kenapa takdir harus memperlakukannya dengan sedemikian jahat? Dia orang baik. Bahkan dia tidak pernah mengutuk takdir meskipun sudah diberi begitu banyak cobaan. Kenapa tidak ambil saja penderitaannya dan biarkan Jaehyun hidup lebih lama seperti orang pada umumnya?’

Kakaknya membuat Jaehyun percaya bahwa dirinya anak yang spesial. Meskipun spesial yang kakaknya maksud itu dalam artian baik, tapi semakin bertambah usia, Jaehyun justru mempercayai kebalikannya. Dia sangat ‘spesial’ sampai dipercaya menerima kesedihan bertubi-tubi. Bahkan ada satu titik di mana dirinya tidak bisa lagi membedakan kesedihan. Sesuatu yang orang lain anggap menyedihkan adalah realita yang Jaehyun jalani setiap hari; dia bahkan tidak pernah mengeluhkan hal tersebut. Ketika tahu kalau ibu kandungnya ‘membuang’ dirinya, Jaehyun hanya menangis satu hari, lalu melanjutkan hidup seperti biasa. Bahkan ketika ibu tirinya terus menyiksa dirinya lahir batin, Jaehyun hanya akan menerima dan tidak akan mengeluhkan apapun. Mungkin, mentalnya memang sudah lelah sejak lama. Sehingga satu-satunya hal yang tersisa dan ingin dia lakukan saat ini hanya beristirahat.

Tapi bagaimana aku bisa beristirahat kalau keinginan untuk bersamanya justru jadi semakin besar?

Tangannya terulur untuk membelai rambut Rose—lalu mengusap pipi yang kelihatan lebih tirus karena pola tidur tidak teratur. Baru minggu lalu Rose merasa sangat bebas karena turnya sudah rampung. Dia sudah punya sangat banyak rencana yang ingin dilakukan dengan Jaehyun. Tapi selama beberapa hari terakhir, kebanyakan rencananya adalah kegiatan indoor: memasak, beres-beres, main game, dan hal menyenangkan yang hanya bisa mereka lakukan di dalam kamar. Jaemin selalu menginap, mereka tidak bisa sembarangan berbagi kehangatan.

Tapi karena sekarang mereka sengaja berlibur di villa pinggir pantai yang kakaknya hadiahkan sebagai hadiah ulang tahun ke dua puluh lima, Jaehyun jadi merasa lebih leluasa. Mereka tidak sering melakukan ini—mungkin hanya seminggu sekali. Rose selalu sibuk dan Jaehyun tidak selalu dalam kondisi yang sehat. Momen seperti ini sangat berharga; setidaknya bagi dua orang yang sama-sama mau bersikap seolah semuanya baik-baik saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Poem We Cannot ReadWhere stories live. Discover now