7. khawatir?

300 155 197
                                    

"Kekhawatiran itu datang ketika aku melihatmu dengan keadaan jauh dari kata baik-baik saja"



~ HAPPY READING ~

Sambil menunggu pertandingan babak final, Petir melangkahkan kakinya menuju toilet sekaligus akan ke kantin untuk mengisi perutnya.

Entah mengapa sedari tadi matanya terus mengharapkan menemukan Rain. Perasaannya tak karuan ketika gadis itu tiba-tiba saja menghilang dari lingkungan lapangan.

"Kebelet banget, cepetan dong!"

"Bukannya tadi lo udah ke toilet?"

"Iya, tapi balik lagi."

"Kenapa?"

"Ada geng Kyla lagi ngebully Rain, dan gue nggak mau ikut-ikutan."

Petir menatap kedua gadis yang berbincang sambil berjalan itu. Ia tidak salah dengar? Ia menjadi khawatir, apakah Rain baik-baik saja atau tidak sekarang.

Petir melangkahkan kakinya dengan cepat menuju Rooftop tempat biasa Rain mengeluarkan segala emosinya.

Perasaannya makin tak karuan ketika ia tidak menemukan gadis itu di sana. Ia kemudian kembali mencari gadis itu ke tempat lain.

"Lo kemana Rain?" Monolognya.

Petir sudah mencari ke beberapa tempat di sekolah ini, namun ia tetap saja tidak menemukan keberadaannya.

Ia menghembuskan nafas kasar, dirinya akan sangat tidak fokus dalam pertandingan nanti jika ia masih tidak menemukan gadis itu.

Tidak sengaja, matanya menatap gadis dengan langkah lesu serta baju yang basah menuju parkiran. Tanpa basa-basi Petir segera mengikuti langkahnya.

Ia menatap gadis itu memasuki mobilnya, matanya menatap memar di pipi serta dahi yang mengeluarkan sedikit darah. Apa lagi yang Kyla perbuat?

Handphone Petir tiba-tiba berbunyi menampilkan nama Kaivan. Ia segera mengangkat dan juga bergegas pergi kembali menuju lapangan.

"Kemana aja? Bentar lagi kita main." Ujar Kaivan ketika Petir datang.

"Sorry, gue dari toilet."

Kaivan mengangguk, Ia menatap Petir dengan tatapan bingung. Ekspresi Petir seakan sedang khawatir dengan seseorang.

"Lo kenapa?"

Petir menoleh, "kenapa?"

"Ck, gue nanya, malah nanya balik."

"Gue nggak papa, Pan."

"Muka lo khawatir gitu, ada masalah?"

Petir menggeleng, "Nggak."

Kaivan mengangguk, "Fokus Tir! Kita main buat babak final, GHS harus menang."

Petir mengangguk. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin yang tersedia di sana, membuat para gadis yang melihatnya terpesona.

Akhirnya, setelah beberapa menit pertandingan selesai. Dan GHS memenangkan pertandingan tersebut. 3 tahun berturut-turut GHS selalu menang dalam pertandingan Futsal.

"Keren! Kalian benar-benar membuat saya bangga." Ujar Pak Arip selaku pelatih Tim Futsal GHS.

"Petir, saya berterimakasih juga ke kamu karena mampu mengendalikan Tim kamu." Ujarnya membuat Alfa yang mendengar itu mengepalkan tangannya.

"Makasih juga pak, bapak juga yang ngelatih kita sampe bisa kaya gini."

"Baiklah, kalian boleh pulang. Istirahat di rumah!  Kalian akan mengikuti pertandingan selanjutnya antar kota."

HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)Where stories live. Discover now