20. Menghindar?

250 101 183
                                    

"Aku ingin seperti matahari yang menerangi bumi. Tetap menjauh, karena ia mengerti, mendekat hanya akan membinasakannya."



~ HAPPY READING~

Jam baru menunjukkan pukul 06 pagi, Rain sudah berada di sekolah dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Semalam ia tidak bisa tidur, pikirannya terus memikirkan hal semalam.

Petir melangkahkan kakinya menuju kelas Rain. Ia hanya ingin meminta maaf lebih awal kepadanya, Dan biasanya juga Rain sudah berada di sekolah sepagi ini.

Petir diam, langkahnya terhenti tepat di ambang pintu. Matanya menatap Parsa yang tengah berbicara dengan Rain.

"Gue nggak papa Sa."

"Badan lo panas. Ayo gue antar UKS!" Rain hanya menggeleng.

"Please Rain! Kenapa sih? Lo takut pacar lo marah? Lagian dia kemana coba pas lo lagi butuh kaya gini? Pacarnya sakit nggak tau, pacarnya di bully juga nggak tau, bahkan kemarin dia malah pulang sama cewek lain."

Petir diam, Perkataan Parsa membuat dirinya sadar. Ia benar-benar tidak bisa menjaga Rain. Bahkan semalam saja ia membiarkan Rain menunggunya di danau seorang diri.

"Putusin aja kek! lo sama dia juga beda kasta."

Perkataan Parsa tersebut membuat Petir semakin sadar, sepertinya memang ia dan Rain tidak pantas untuk bersama?

"Parsa, gue tau. Lo lebih segalanya dari Petir. Makasih banyak juga lo selalu nolongin gue."Ujar Rain membuat Petir meninggalkan kelas tersebut tanpa mendengarkan ucapan Rain selanjutnya.

"Tapi gue nggak peduliin itu semua. Yang gue butuhin keamanan dan kenyamanan, dan gue dapet itu semua dari Petir."Lanjut Rain.

Petir melangkahkan kakinya menuju rooftop. Entah lah, rasanya pagi ini benar-benar tidak memiliki semangat untuk belajar.

"Na, Gledek kemana?"Tanya Cemal yang baru saja duduk di bangku Petir yang berada di sebelah Naresh.

"Nggak tau."Ujarnya yang masih fokus kepada buku pelajarannya.

"Bolos kali,"Sahut Kaivan.

"Masa sih? Petir bolos? Impossible!"Balas Cemal.

Obrolan mereka terhenti ketika guru bahasa Inggris memasuki kelas mereka. Pagi ini, jam pertama mereka di hadapi dengan bahasa Inggris.

"Good morning everyone!" Sapa guru tersebut ketika memasuki kelas.

"Good morning!" Balas semua murid yang ada di kelas dengan kompak.

"Last week we learned about dialogue asking for help, right?"

"Yes!"

"This time, we will practice the dialogue you made yesterday with your bench mates."

"Gue nggak ngerti."Ujar Cemal kepada Kaivan.

Kaivan mengangguk, "Yang gue ngerti cuma kata dialog aja, pasti ada kaitan sama dialog kemarin yang kita bikin."

"Baiklah, kita mulai dari absen pertama dengan teman sebangkunya, silahkan maju kedepan!"Ujar guru tersebut.

"Maju? Ngapain?"Bisik Cemal lagi.

Kaivan mengangkat tangannya, "Pak!"

"Iya, Kaivan?"

"Ngapain pak?"Tanyanya dengan wajah polos.

"Kamu tidak mendengarkan saya?"

"Denger pak, tapi saya nggak bisa bahasa Inggris."

"Terus kenapa dari tadi kamu ngangguk-ngangguk terus seakan ngerti?"

HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora