27. Flashback

253 124 290
                                    

"ketenangan bukanlah berdiri di bawah payung ketika hujan, tetapi ketika mampu menari dibawah hujan."



~ HAPPY READING ~

2 tahun yang lalu...

"Alfa nggak mau, pa."

"Kalo begitu, kamu pergi saja dari rumah. Buat apa kamu ikut saya kalo nggak berguna?"

Alfa mengepalkan tangannya, Ia membenci ketika Ayahnya selalu memberikan perintah yang menurutnya itu hal yang sangat buruk.

"Papa nggak mau tau, besok papa harus udah dengar kabar kematian suami Lika."

"Pa, papa kejam banget. Udah lah, mereka juga udah punya anak, dan anaknya itu pacar Alfa, pa."

"Saya nggak mau tau, Alfa. Intinya, besok dia harus sudah mati, saya harus memiliki Lika. Jika tidak, kamu bisa pergi dari rumah ini."

"Terus kalo papa nikah sama tante Lika, hubungan Alfa sama Rain gimana?"

"Putus-kan saja. Toh kamu juga bisa lebih dekat dengan menjadi kakak-nya."

"Papa beneran lakuin ini?"

"Saya tidak pernah main-main, Alfa."

Setelah mengatakan itu, Ardi pergi begitu saja meninggalkan Alfa di kamarnya, Alfa benar-benar bingung. Apakah ia harus benar-benar menjadi orang jahat hanya untuk menuruti kemauan ayahnya?

Esoknya, pukul 14.00, Alfa menjalankan tugas yang ayahnya berikan. Ia memakai pakaian tertutup, dengan mengenakan topi dan masker membuat siapapun tidak ada yang mengenalnya.

Ia menggenggam erat sebuah pistol di tangannya, mata-nya menatap ragu ke arah Ayah Rain dari balik pintu ruangan kerjanya.

Siang ini kebetulan, kantor lumayan sepi karena sudah memasuki jam-jam sibuk bekerja.

"Siapa kamu?" Ujar Ayah Rain ketika Alfa memasuki ruangannya.

Alfa tidak bicara, ia hanya langsung menodongkan pistol tersebut ke arah Ayah Rain. Belum sempat menembak, Pintu ruangan kembali terbuka menampilkan sosok Rain.

Perasaan Alfa makin campur aduk, Ia benar-benar tidak tega melakukan ini, kekasihnya berada di sini, sedangkan dia sekarang ingin membunuh ayah kekasih-nya.

"Ayah!" Teriak Rain.

"Keluar nak! Menjauh dari sini."

Rain dengan sekuat tenaga menendang Alfa, Tangannya belum sempat mengambil pistol, Namun Alfa sudah lebih dulu menembakkan-nya ke arah asal yang ternyata mengenai kepala Ayah Rain.

Dengan perasaan panik dan takut, Alfa segera memberikan pistol tersebut kepada Rain, kemudian ia pergi dari ruangan tersebut.

Langakahnya terhenti ketika berada di sebuah ruangan dekat toilet, ia membuka masker dan topi yang ia kenakan, matanya berkaca-kaca dan tubuhnya gemetar.

"G-Gue ngebunuh orang?" Monolognya.

Setelah itu, ia segera pulang ke rumah dengan badan yang masih gemetar.

Sesampainya di rumah, ia memasuki kamarnya, memasuki toilet dan membasuh wajah serta tangannya.

"Maafin gue Rain,"

Bugh.

Tangannya terkepal kuat, membogem tembok kamar mandi, ia melampiaskan semua perasaannya kepada tembok tersebut hingga tangannya terluka.

HUJAN DAN PETIR ( SELESAI ✓)Where stories live. Discover now