L&B ─ V

1.6K 130 13
                                    

Ravael yang sebelumnya tertidur, terbangun akibat suara tangisku yang semakin mengusik pendengarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ravael yang sebelumnya tertidur, terbangun akibat suara tangisku yang semakin mengusik pendengarannya. Telapak tangan kanannya, mulai terangkat menutup matanya, agar kembali terpejam.

“Huaaa~” aku mulai meroyak pelan, melampiaskan air mataku yang terbendung cukup lama.

Ravael yang risih, mulai menggerutu, dalam hati, Cikh! Berisik amat, sih!

Ravael yang terus mendengar suara rengekanku, membuatnya menjadi sangat terganggu. Karena kesal diapun berdiri, dan membuka tirai penyekat yang membatasi kami berdua dengan kasar.

Mendengar suara gesekan tirai, aku spontan menghentikan tangisku. Mataku yang mulai membengkak juga refleks melihat ke arah Ravael─sosok pria yang sulit sekali kulihat karena jarang masuk sekolah, akibat sering membolos.

Aku yang sedikit terkejut langsung kelabakan, menatap malu, dengan wajah yang sedikit merona. Bagaimana tidak~ Ravael adalah cinta pertamaku, jelas saja aku malu karena dia sudah mendengar tangisanku yang meledak.

“Ra─Rava? Lu ngapain di sini?” tanyaku, menahan suara sendu.

Ravael yang mengetahui ternyata itu suara tangisku, langsung meyingkirkan ekspresi kesalnya. Ya, Ravael memang seperti itu. Dia akan menunjukan sisi hangatnya, tapi...

“Kenapa lu berhenti?” tanya Ravael, balik.

“M─Maksud lu apa?”

“Kenapa lu berhenti nangis, Tuyul? Maksud gue, ya kalau mau nangis, ya nangis aja! Ngapain lu berhenti.” jelasnya.

“Heh! Tuyul pala lu?!” sewotku, “Siapa juga yang nangis.” seraya mengerutkan wajah kesal, sembari menyeka bekas air mataku di pipi.

Ya! Mentang-mentang tinggiku sampai di dadanya saja, dia jadi keseringan memanggilku Tuyul.

“Lu kenapa bisa ada di UKS? Sakit?” dia kembali bertanya, secuil khawatir.

Aku menggeleng gahari, dan menjawab lembut, “Nggak kok, cuma sakit perut doang. Lu sendiri? Ngapain di UKS? Sakit juga?”

“Tidurlah~” sahutnya, dengan jawaban pendek.

“Jadi... tangisan gue ngeganggu lu, ya?”

“Nggak!” jawabnya, singkat. “Lanjut aja, kalau emang mau nangis lagi.” tambahnya, hendak pergi.

Aku yang masih ingin berbicara lebih lama dengan Ravael, mulai menghentikan langkahnya.

“Rav...”

Ravael menoleh, spontan menyahut, “Iya, bawel? Ada apa?”

Rona merah muda mulai mekar, menjalar ke sisi wajahku yang berseri-seri.

Dengan hati berdebar, aku yang baru membuka mulut kecil, tak jadi mengeluarkan suaraku ketika pintu UKS terbuka. Kemunculan dua teman Ravael yang bertingkah heboh, lantas membuat peganganku dari tangan Ravael tangkas terlucut.

THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang