L&B ─ XIII

1.5K 98 39
                                    

Aku yang menabrak tubuh Carleon, langsung kaget kejerian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang menabrak tubuh Carleon, langsung kaget kejerian.

“OH! ANJI...iay Bapak!” spontanku, langsung merendahkan nada suaraku yang awalnya tinggi. “Bikin kaget aja, huft!” desisku.

Sial! Hampir saja aku bicara kasar dihadapan pria itu.

Carleon merukuk, memungut pisau dapur yang kujatuhkan, sembari bertanya, “Kau mau memotong siapa?”

Mataku yang melebar, langsung berkedip gemetar.

Aku lantas memberikan pernyataan, “Saya nggak ngelakuin itu kok, Pak.” sembari menyembunyikan wajahku yang tiba-tiba bergidik.

Perlahan... Carleon menengok dengan raut wajahnya yang terlihat begitu dingin, usai memungut pisau dapur tersebut. Kelopak matanya naik begitu tajam, tatkala menatapku.

Melihat ekspresi yang menyeramkan itu, tentu aku langsung termundur, hingga tersandar di tembok lorong.

Akupun spontan menjelaskan apa yang sudah kudengar, “T─Tadi itu, saya mendengar seseorang minta tolong dari dalam sana, Pak.”

Carleon menundukan kepala, menyeimbangi tinggi wajahku. Dia mengangkat tangannya yang tak memegang pisau, lalu menyandarnya di samping wajahku.

“Kau sepertinya berhalusinasi...” ujarnya, kemudian mendekatkan wajahnya ke telingaku, dan berbisik dengan senyuman menyeringai, “Di dalam sana... tidak ada siapapun!”

Hei, gila! Jelas-jelas aku mendengar suara dari dalam sana.

Hembusan napas Carleon yang hangat, menyentuh telingaku. Suaranya yang berat, jua terdengar mengerikan bagiku, hingga membuat sekujur tubuhku menyangkak.

Carleon seperti memiliki aura psikopat...

Mataku yang nanap, perlahan mengerling, mengelih ke wajahnya yang hanya berjarak sejengkal dengan wajahku.

“Pak Carl, toiletmu ada di mana, ya?” suara wanita yang tak asing di telingaku, mulai terdengar dari ruangan lain.

Mendengar suara wanita itu, Carleon lantas mengangkat tubuhnya, dan menurunkan tangannya, menjauhi wajah memucatku yang gamang.

Dia yang melihat ekspresiku itu, sontak tersenyum lepas untuk pertama kalinya, dan refleks menyapu kepalaku.

“Aku hanya bercanda, Bocah~” ucapnya, sehingga aku spontan mendongakan kepala, dengan rona wajah yang perlahan merebak ke pipiku.

Carleon yang sadar akan tangannya yang melekat di atas kepalaku, refleks menyingkarkan tangannya, dan menutup eskpresinya, sehingga wajahnya kembali tumpul.

Dalam serejang... sikapnya berubah layaknya bunglon.

“Hari ini aku ada tamu, wali kelasmu. Jadi jangan sampai terlihat.” ujar Carleon, lalu beranjak pergi, membawa pisau dapur di salah satu tangannya.

THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang