“Kenalkan, saya Artafa. Panggil saja Artaf, nggak usah pake huruf a... calon masa depan Awelka.”
Carleon yang mendengar pernyataan Artafa, yang tengah berdiri di hadapannya itu, mulai menjabat tangannya, tanpa bertanya ada hubungan apa, antara diriku dan Artafa.
“Carl.” balasnya dengan santai, menyebutkan nama singkatnya.
Fyuhh~ Aku langsung mengoles napas panjang, menyebarkan ekspresi lega ke wajahku, tatkala melihat reaksi Carleon yang menanggapi Artafa dengan santai.
Aku tahu persis! Carleon itu orang yang sangat sensitif, sekaligus menyebalkan. Makanya aku takut, kalau dia akan menyinggung perasaan Artafa. Tapi, syukurlah...
“Hei! Nenekmu tadi menelpon.” ujar Carleon, usai berjabat tangan dengan Artafa.
“Nenek? Nenek saya, nelpon Pak Carl?” mendengar kata nenek, aku tangkas merespon.
“Ya.” Carleonpun memberikan jawaban pendek.
Artafa yang berada di antara obrolan kami, memilih untuk berpamitan pergi. Lagi pula dia juga harus pergi ke suatu tempat.
“Awelka maaf ya, aku harus pergi dulu...” pamit Artafa, tersenyum legit padaku. “Makasih atas kencan lima belas menitnya, ya~” pungkasnya, sesaat membarut lembut kepalaku, lalu pergi dengan motor mogenya.
Mata Carleon yang nampak sayu mulai menyipit tajam. Dia memicingkan matanya sekejab, dengan alisnya yang berkernyit, sehingga garis kecil muncul di antara alisnya yang tebal, saat dia mencerna kembali ucapan Artafa.
Kencan lima belas menit...? Pikirnya.
Entah mengapa... dia juga memikirkan soal kedekatanku sebelumnya, dengan adik tirinya─Ravael.
“Apa kau nyaman?” tanya Carleon tiba-tiba, bernada datar lain, tak seperti biasanya.
Aku mulai menentang bingung, “Makud Bapak, apa?”
Dia sejenang menyentak alisnya yang mengerut naik bersamaan, dan menjawab, “Sepertinya kau nyaman, ya! Kalau di dekat para pria.”
“Itu tergantung siapa orangnya, Pak!” akupun menyolang ucapannya.
“Tapi... kau akan akrab dengan mereka, kan?” raut di wajahnya terlihat yakin, akan pertanyaannya.
“Iya, tentu saja~” jawabku polos, meresponnya dengan tangkas, tanpa tahu maksud dari perkataannya.
Reaksiku seperti itulah, yang merangkul kekesalan Carleon.
“Semua orang mengira wajah polosmu itu lugu. Tapi nyatanya! Watakmu sangat berlawanan dengan wajah itu...” luap Carleon, merasa bingit terhadapku, “Kau bertingkah seperti wan─”
“Maksud Bapak apa, bicara begitu?!” sanggahku, langsung keberatan.
Dia mulai mengambil napas dalam, dan menghembuskannya dengan tenang, agar dia bisa mengontrol emosinya. “Lalu? maksudnya kencan 15 menit, itu...” celetuknya, sececah menjeling ke langit. “Sudahlah, lupakan.” pungkasnya, karena tak ingin mencampuri urusan pribadiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]
Short StorySebuah takdir kembali mempertemukan kedua insan yang terpaut usia yang berbeda 13 Tahun, dan menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan. 𝐀𝐰𝐞𝐥𝐤𝐚 𝐕𝐢𝐨𝐫𝐚, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA, terpaksa menikahi seorang pemuda blasteran...