L&B ─ II

1.2K 41 1
                                    

Setiap orang pasti punya tempat pelariannya masing-masing apabila sudah terlalu lelah dengan masalah yang dihadapinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap orang pasti punya tempat pelariannya masing-masing apabila sudah terlalu lelah dengan masalah yang dihadapinya. Mereka akan berkeluh kesah, mengutarakan apa isi hati mereka. Begitupula dengan Carleon, yang terlihat membaringkan kepalanya di pangkuanku, begitu dia masuk ke kamarku.

Semenjak saling mengutarakan isi hati satu sama lain, aku dan Carleon sudah tak canggung sama sekali, tatkala kami akan bermesraan seperti ini. Memang sudah cengli setiap pasangan suami istri bermesraan, guna mengharmoniskan rumah tangga mereka. Tapi tetap saja Carleon akan menjaga batasannya, sesuai janjinya sebelumnya. Dia tidak akan menyentuhku lebih, sebelum aku berusia 23 tahun. Itulah katanya.

“Apa benar? Kau dan Ravael memiliki nama julukan paseri?” dengan nada ketus, terdengar di suara Carelon seperti tersisip rasa redut, dibalut cemburu. Pandangannya nampak terus menyibuk ke arah fotoku dan Ravael yang pernah kami ambil di photo box sebelumnya. Di mana foto itu, aku tempel di dinding meja belajarku.

Aku yang mengusap kepalanya, selajur termandek. “Ah, itu... memang benar, sih. Tapi bukan saya atau Ravael kok Pak, yang membuat julukan itu.” ujarku, bukan untuk membela pihak kami, hanya saja itulah faktanya.

Carleon mengerti, itu bukan salah siapa-siapa. Dia lantas memesong, meluruskan postur baringannya, memandangi jelah wajahku dari bawah sana. “Bisa lihat ke sini sebentar?” katanya, melembutkan suaranya yang memang terkesan datar.

Sontak saja aku meluncurkan pupil mataku, seraya menundukkan pandangan, menilik ke arahnya yang tengah tidur di pangkuanku.

Tatapan Carleon... seperti menenggelamkan perasaanku ke dasar samudra.

Carleon tersenyum begitu legit, ketika aku menurutinya, “Kau mampu membuatku takut kehilangan tanpa harus mengucapkan sepata katapun lagi Awelka.”

DEG!
DEG!

Meskipun terdengar sederhana, jantungku selajur bertalu-talu berkenyut begitu hebat dibuatnya. Rona merah jambu lantas merebak ke area wajahku yang mulai tersipu.

“Ih~ apa sih~ Bapak bikin saya malu~” ujarku, refleks menyembunyikan wajahku dengan kedua telapak tanganku.

Carleonpun bangkit dari rebahannya, dan mencoba menyingkirkan tanganku dari wajahku, “Apa yang kau lakukan, kenapa wajah cantikmu kau sembunyikan seperti itu. Biarkan suamimu ini melihatnya dengan puas.”

Carleon lantas menggunakan cara liciknya. Padahal tenaganya sebagai pria bisa melepaskan tanganku dengan begitu mudah seperti membalikkan telapak tangan. Alih-alih melakukan itu, dia justru tunak menggelitikku.

“Akkh~ Pak, hentikan! Ck~” seruku, mulai mendesiskan gelak tawaku.

“Sudah aku bilang! Jangan panggil aku Pak, dasar bocah ingusan.” balas Carleon, refleks mendorongku hingga jatuh terlentang di bawah tubuhnya.

Hening~

Suasana langsung bersulih nyenyat seketika, begitu wajah kami saling bersemuka dari jarak yang amat dekat, hingga napas kami yang berhembus bisa saling menyentuh dan menyatu.

THE LITTLE SWEET BIG LOVE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang