28. The News

392 63 13
                                    

Halo.... Hadiah buat kalian semua nih.

Aku kasih dobel up malam ini

Jangan lupa komen yang banyak

Setiap baris kalau bisa.

Hehe

Happy reading.....







Juan terduduk lesu di ruang tunggu IGD sebuah rumah sakit. Untung saja, sore itu IGD tidak terlalu ramai, sehingga Juan bisa sedikit tenang meski tidak memakai perlengkapan penyamaran yang memadai.

Nana sudah ditangani dokter IGD. Karena ia tidak tahan melihat banyaknya peralatan medis di IGD, Juan memilih menunggu di ruang tunggu saja. Ia tidak tinggal diam begitu saja. Bunda Lia pun telah ia hubungi untuk membantunya. Juan akui, ia sangat payah jika harus mengurus orang sakit seperti ini.

"Kakak!"

Juan pun mengangkat kepalanya. Saat melihat wajah sang bunda, Juan lega. Pria bergigi rapi itu langsung menyambut bundanya dengan pelukan erat.

"Bunda di sini. Kakak tenang, ya." Bunda Lia paham arti pelukan Juan meski putranya itu tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Bunda Lia melepaskan pelukannya, lantas tersenyum teduh kepada Juan. "Nana masih di dalam?"

Juan menjawab dengan anggukan kepala. Bunda Lia pun maklum dengan sikap putra sulungnya itu.

"Bunda akan urus semuanya," ujar Bunda Lia menenangkan. "Kakak tunggu saja di sini."

Setelah mengusap lengan atas Juan, Bunda Lia langsung masuk ke dalam IGD. Wanita paruh baya yang masih cantik di usianya sekarang itu, tak bisa menyembunyikan raut sedihnya saat mendapati Nana terbaring lemah di atas brankar dengan tangan yang tertancap jarum infus dan jarum transfusi darah.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" Bunda Lia langsung bertanya kepada dokter yang kebetulan sedang memeriksa Nana.

"Nyonya Karina mengalami kelelahan ekstrem, dehidrasi, dan kadar HB-nya juga turun. Karena itu kami memberikan infus dan transfusi darah."

"Apa perlu dirawat?"

Dokter itu memahami keresahan dan ketakutan wanita paruh baya yang mengaku sebagai orang tua pasiennya itu. "Sebenarnya Nyonya Karina harus dirawat. Tapi, kami mempertimbangkan kondisi psikologis pasien. Saat sadar tadi, Nyonya Karina mengatakan tidak ingin dirawat. Kami tidak bisa memaksa. Setelah cairan infus dan darah habis, Anda bisa membawa Nyonya Karina pulang dan merawatnya di rumah saja."

"Baik, Dok. Terima kasih."

Setelah dokter yang memeriksa Nana pergi, Bunda Lia langsung menghampiri Nana. Wanita paruh baya itu mengecup lama dahi Nana yang tampak berkeringat. Melihat Nananya seperti ini, membuat hati Bunda Lia sakit. "Cepat sembuh, Na…," ujarnya penuh harap.

Bunda Lia sudah mengenal Nana sejak kecil, saat gadis itu berusia lima tahun. Semenjak keluarganya pindah ke kompleks perumahan yang sama dengan keluarga Nana, hidup Bunda Lia semakin berwarna. Gadis kecil yang sudah tidak memiliki ayah itu selalu terlihat ceria dan membuat bahagia siapa saja yang ada di sekitarnya. Meski kehidupan gadis itu bersama sang ibu tidak bisa dikatakan cukup, Nana tetap saja terlihat ceria. Gadis itu selalu bisa membagi waktu antara sekolah, membantu sang ibu, dan bermain dengan Juan serta Jibran. Karena itulah, Bunda Lia sangat bersimpati kepada Nana, gadis manis yang selalu menyunggingkan senyuman.

Bunda Lia mengusap pipinya yang telah basah karena air mata. Akhirnya, ia pun keluar sebelum suara isakannya mengganggu istirahat Nana.

"Bagaimana, Nda?" Juan bertanya kepada bundanya yang baru saja keluar dari ruangan IGD dan duduk di sampingnya.

Dear Nana : Stuck on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang