00:03 = Penyesalan

27 10 0
                                    

Kota ini penuh dan ramai. Tetapi hati Nugraha kosong dan sepi. Tidak ada yang mengisinya. Tidak ada tempat terbaik yang bisa dia kunjungi sekali pun rumah sendiri.

"Rani, ayo menikah denganku."

Suara alunan musik berhenti. Dan orang-orang yang merayakan pesta menatap ke arah Nugraha dengan Rani seperti ucapan; 'Akhirnya ada pergerakan.... Mereka memang ditakdirkan saling mencintai'.

"Nug, kamu nggak serius, kan?"

Bagaimana Nugraha menjawab itu tidak serius ketika dirinya sudah berlutut dan membawa cincin di hadapan  Rani?

"Say yes or nㅡ"

"No."

Semua orang di sana terkejut dengan jawaban Rani. Begitu pula dengan Nugraha. Mereka sudah melewati banyak cobaan dan Nugraha pikir Rani tidak akan menolaknya.

"Alasannya?"

Rani menggelengkan kepala. Bahunya naik, "Nggak bisa. Aku nggak bisa terima kamu. Maaf."

"Tapi kenapa?"

"Ya emang harus ada alasannya?"

Nugraha menutup kotak cincin di tangannya, tersenyum getir tiap kali tengingat hari itu. Hari dimana ketika dirinya dan Rani mulai menjadi canggung. Bahkan Rani selalu melempar tugasnya ke orang lain jika berhubungan dengan Nugraha.

Sampai akhirnya dia mengalah dan memilih menerima tawaran untuk pindah.

Rani tuh bisa jawab dengan alasan yang logis. Bisa. Tetapi sepertinya Rani hanya ingin membuat Nugraha bingung dan tidak tenang.

Nugraha membuang pandangan ke luar jendela dari dalam kereta tersebut. Melihat kelap-kelip lampu kota yang menyala di malam hari.

Kalau dulu Ayumi nggak nangis karena aku, mungkin semua baik-baik saja.

Ya. Memang seharusnya aku tidak pernah mengajaknya berkencanㅡminimal putus dulu sebelum memilih hilang dan kembali dengan Rani.

.

"Kak Daniel nggak sayang aku lagi, ya?"

"I'm so sorry... Aku nggak sempet pamit aja, Beib. Masa langsung dibilang nggak sayang?"

White Lies ✔Where stories live. Discover now