00:23 = He Has Changed

17 7 0
                                    

"Loh?"

Daniel mengernyitkan dahi.

"Itu..."

Ketika Ayumi menunjuknya, Daniel buru-buru mengatupkan bibir, "Bub... Maaf aku nggak bilang sama kamu dulu, kamu nggak suka ya?"

Ayumi diam, masih terkejut. Ia juga bingung untuk mengambil sikap. Ia memang tidak suka, tapi ia juga takut menyakiti Daniel jika bilang.

"Kenapa bikin itu?"

"Sebenernya, aku emang udah lama pengen bikin. Tapi baru tadi sempetnya. Kamu beneran nggak suka ya? Kalau mau marah, marah aja nggak apa-apa. Emang aku yang salah nggak bilang dulu sama kamu."

Ayumi menjeda video call mereka untuk beberapa menit. Ia menangis. Ah, harusnya dia tahu dari awal resiko bersama dengan Daniel. Laki-laki itu menyukai sesuatu yang untuk beberapa hal tidak cocok dengan prinsip Ayumi.

Daniel nggak salah, ekspetasi Ayumi saja yang terlalu tinggi.

Ayumi menghapus air matanya, menambahkan bedak di wajah untuk menyembunyikan bekas air mata di pipinya yang memerah.

"Bub... Beneran marah, ya?"

"Enggak..."

Ayumi berusaha menyembunyikan suaranya yang mulai serak.

"Ya... Gimana lagi? Udah terlanjur juga kan, Kak? Your body is your choice. Ayumi cuma..."

Ah, kenapa nangis lagi sih?

"Bentar kak, kamar mandi dulu."

"Bub..."

"Hiks... Hiks..." Ayumi berjongkok di sisi mejanya supaya tidak bisa terlihat oleh Daniel. Hati Ayumi terasa sakit, tetapi sungguh ini bukan salah Daniel.

"Ayumi... Sorry banget, tolong jangan nangis kayak gitu."

"Nan, nanti gimana kalau Ayah marah sama Ayumi? Kita beda aja udah bikin Ayah susah ngerestuin kita kalau nikah, apalagi sekarang Kakak bikin piercing. Ayumi takut nggak bisa jelasinnya..."

"Please Bub, sini ngobrol dulu. Where are you? I can't see you."

Ayumi mengambil ponselnya, menutup kamera sehingga dia tampak hitam pekat di layar.

Apa ini cara Tuhan menjauhkan mereka?

"Kak... Kenapa jalan kita susah banget ya? Ayumi mulai pesimis."

"Do you believe me?"

"Yes, I do. But... Banyak banget Kak kita nggak mungkinnya." Punggung Ayumi bergetar, "Emang bener ya? Kita bikin kenangan indah cuma buat dilupain?"

"Kata siapa? Aku nggak akan biarin itu terjadi. Kita bakalan bareng-bareng nanti. I love you, how can i through this life without you? You're my universe, Ayumi."

"Tapi..."

"Buka dulu kameranya. Aku mau lihat pacar aku."

Ayumi menyingkirkan ibu jarinya dari kamera, menunjukkan wajahnya yang basah karena air mata pada Daniel.

"Aku pulang, ya. Udah lama 'kan nggak ketemu? Kamu overthinking terus akhir-akhir ini."

White Lies ✔Where stories live. Discover now